Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank mengaku akan menerapkan teknologi chip pada kartu ATM/debit secara bertahap. Maklum dengan jumlah nasabah yang besar, biaya yang dibutuhkan bank untuk menjalankan program ini juga cukup besar.
Direktur Utama PT Bank Mandii (Perser) Tbk Kartika Wirjoatmojo mengatakan, pihaknya paling tidak baru akan selesai dalam menerapkan chip ini sekitar 3-4 tahun kedepan. "Untuk saat ini, saya belum tahu sudah ada berapa, tapi yang pasti ini kita akan lakukan secara bertahap," ungkapnya di kawasan Istana Negara, Kamis (15/3).Adapun alasannya, terdapat biaya yang mahal jika bank ingin menerapkan kartu chip sekaligus.
Menurut perhitungan Tiko, sapaan akrab Kartika Wirjoatmojo, setidaknya satu kartu chip itu dikenakan biaya sekitar US$ 2-US$ 3, sementara di Bank Mandiri terdapat 13 juta kartu yang aktif. "Jadi agak berat juga, kalau kita lakukan ini langsung setahun," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Suprajarto mengatakan, saat ini pihaknya sudah menerapkan kartu chip sebesar 5% dari target. Pada pertengahan 2019, masalah kartu chip ini sudah seluruhnya rampung.
"Walaupn mungkin bank lain memilih mundur sampai tahun 2021, tapi kita pengin cepat," tegasnya. Selain biaya yang mahal, menurut Bank BRI, jumlah nasabah yang masif pun menjadi tantangan tersendiri. Saat ini setidaknya terdapat 50 juta nasabah Bank BRI.
Bank Indonesia sendiri memberi target kepada para bank untuk menyelesaikan kartu berteknologi chip ini pada 31 Desember 2021.
Tiko mengatakan, saat ini pihak bank cenderung menunggu implementasi gerbang pembayaran nasional (GPN) terkait standar kartu yang sama. Dengan demikian, diharapkan hal tersebut bisa menurunkan kasus skimming seperti yang terjadi baru-baru ini.
"Kartu chip akan susah dikloning dibandingkan kartu yang saat ini berbasis magnetik," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News