Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada kuartal III 2019, total pendapatan industri asuransi jiwa mengalami pertumbuhan sebesar 14,7% secara tahunan. Pada kuartal III 2018, tercatat sebesar Rp 149,87 triliun sedangkan di Kuartal III 2019 total pendapatan industri asuransi jiwa menjadi Rp 171,83 triliun.
Dari total pendapatan premi juga mengalami pertumbuhan sebesar 2%, di mana pada Kuartal III 2018 sebesar Rp 140,94 triliun sementara pada kuartal III 2019 sebesar Rp 143,77 triliun. Bancassurance memiliki kontribusi terbesar dalam terhadap total premi sebesar 41,8% kemudian diikuti oleh keagenan sebesar 39,9% dan alternatif lain sebesar 18,4%.
Baca Juga: AXA Financial luncurkan produk proteksi untuk penyakit kritis
Ketua Bidang Marketing & Komunikasi AAJI Wiroyo Karsono mengatakan, pada kuartal I dan kuartal II premi asuransi jiwa cenderung flat bahkan ada yang negatif. Namun di kuartal III ini pertumbuhan premi baru cukup baik, secara keseluruhan new business meningkat 19,2% menjadi Rp 35,4 triliun dalam satu kuartal. Nah pertumbuhan ini paling banyak dari single premium yang tumbuh 28,4% yang cukup signifikan.
"Kuartal III 2019 ini terlihat seperti ada switching, bila di lihat dari kuartal I dan kuartal II pertumbuhannya negatif karena single premium-nya menurun. tapi reguler premium catatkan pertumbuhan, namun single premium ini selalu dominan nilai rupiah dibandingkan reguler premium," Kata Wiroyo dalam konferensi persnya, Rabu (11/12),
"Di kuartal III 2019, banyak anggota kami yang menjual single premium. Mungkin tenaga pemasar di lapangan mempunyai target di kuartal I dan kuartal II udah meleset, jadi dicoba dengan single premium," tambahnya.
Baca Juga: Siapkan tenaga profesional di industri fintech, BRI Institute gandeng Investasikita
Menurutnya, single premium ini tidak dijual oleh semua perusahaan, dan tidak dijual oleh semua tenaga pemasar. Jadi tenaga pemasar yang banyak menjual single premi awal tahun mengalami sedikit kendala, tapi dilihat pada kuartal III 2019 momentumnya dapat lagi, bahwa nasabah kembali lagi percaya.
"Dua-duanya perlu baik single premi atau reguler premi, karena kan kita mentargetkan semua segmen gitu ya. Single tentunya untuk segmen yang agak atas. Jadi kalau kita lihat reguler penting, sangat baik, sangat dibutuhkan oleh masyarakat, tapi single juga produk yang diperlukan. Di negara maju juga ada kan, di Hong Kong dan sebagainya juga ada single premi,"Jelas Wiroyo.
Menurut Wiroyo, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengajak AAJI untuk sama-sama me-review mulai mengawasi produk-produk single premium. AAJI juga membentuk suatu task force dari awal tahun ini, untuk melihat produk itu lebih dalam mempelajari dan diskusi juga dengan perusahaan-perusahaan terkait bagaimana supaya produk ini jadi sustain.
Produk ini tetap baik dibutuhkan oleh nasabah, memberikan benefit bagi nasabah, buat perusahaan asuransi jiwanya juga baik, tapi perlu dikelola dengan cara-cara yang baik, GCG yang baik, Investasi yang baik, proses yang baik sehingga jadi sustain.
Sementara itu, salah satu pencapaian penting industri asuransi jiwa adalah meningkatnya peran dalam mendukung kesejahteraan masyarakat melalui tercatatnya jumlah klaim dan manfaat yang dibayarkan sebesar Rp 8,17 triliun di kuartal III 2019 tumbuh 15,8% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp7,05 triliun.
Menariknya, peningkatan signifikan pada hasil investasi asuransi jiwa yang tumbuh sebesar 1.456% pada kuartal III 2019 dibandingkan dengan kuartal III 2018. Pada kuartal III 2018 tercatat sebesar Rp 1,28 triliun menjadi Rp 19,97 triliun di kuartal III 2019. Hal ini dimungkinkan meningkatnya pemahaman masyarakat atas peran asuransi termasuk sebagai hasil investasi.
Baca Juga: Asuransi MSIG meluncurkan fitur klaim online asuransi kendaraan bermotor
"Hasil investasi didorong dengan berapa banyak uang yang masuk, dan berapa uang yang keluar. Tapi didorong juga dengan berapa harga asetnya. Misal saham, berapa harga saham saat ini. Nah di posisi di tahun 2019 ini lebih bagus di banding tahun 2018. Hanya saja pada tahun ini premi di kuartal III cukup bagus, namun pendapatan hasil investasinya itu merosot dibandingkan kuartal I dan kuartal II. Itu dugaan kami bahwa sebagian pemegang polis kami memanfaatkan kuartal III untuk merealisasikan keuntungan capital gain yang sudah mereka catat di buku polis di kuartal sebelumnya," jelas Ketua AAJI Budi Tampubolon.
"Sejauh ini didominasikan oleh polis unitlink, sedangkan pemegang polis unitlink ini memiliki instrumen investasinya saham dan reksa dana yang memiliki pertumbuhan cukup tinggi saat dibandingkan kuartal III 2018," tambahnya.
Sementara itu, untuk portofolio investasinya di kuartal III 2019 yaitu reksadana 34,3%, saham 31,6%, Surat Berharga Negara (SBN) 15,4%, dan Deposito 7,4%.
Adapun peningkatan signifikan pada hasil investasi diikuti oleh peningkatan signifikan dalam klaim reasuransi dimana pada kuartal III 2018 tercatat sebesar Rp 2,87 triliun menjadi Rp 4,07 triliun pada Kuartal III 2019.
Baca Juga: Avrist Assurance masih akan fokus pada produk tradisional pada tahun depan
Sementara itu, total aset meningkat pada kuartal III 2019 sebesar 6,8% dari Rp 513,94 triliun pada kuartal III 2018 menjadi Rp 548,72 triliun yang disebabkan oleh jumlah investasi yang meningkat dari Rp 457,55 triliun pada kuartal III 2018 menjadi Rp 481,40 triliun di kuartal III 2019.
Sedangkan di kuartal IV, AAJI melihat adanya pertumbuhan positif lagi seperti di kuartal III 2019. "kita tidak melihat adanya isu besar capital market kita untuk kuartal IV ini. untuk tahun depan kita berharap dapat tumbuh tidak jauh seperti saat ini atau sedikit tumbuh itu lebih baik," jelas Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News