Reporter: Annisa Heriyanti, Jane Aprilyani | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah pelaku teknologi finansial (tekfin) atau financial technology (fintech) pada tahun ini bakal terus berkembang. Salah satu hal yang membuat pertumbuhan industri keuangan digital ini marak adalah adanya regulasi yang jelas.
Ajisatria Suleiman, Direktur Eksekutir Asosiasi Fintech Indonesia memastikan kondisi tersebut. "Jumlah pemain teknologi finansial sudah pasti bertambah," katanya kepada KONTAN, Kamis (15/3).
Namun, ia belum bisa memproyeksi jumlah tambahan pemain tekfin di dalam negeri sampai akhir tahun ini. Namun, berdasarkan data Asosiasi Fintech Indonesia, jumlah pebisnis di bidang keuangan digital ini hingga Desember tahun 2017 sudah memcapai 235 perusahaan.
Dari data tersebut, pemain terbanyak masih berasal dari bidang pembayaran dan pinjam-meminjam atau peer to peer lending. Adapun total pinjaman sampai akhir tahun lalu mencapai Rp 2,4 triliun dari tahun 2016 yang masih Rp 284 miliar.
Target pasar utama para pebisnis tekfin tak lain adalah generasi milineal di usaia 25-35 tahun dengan pendapatan antara Rp 5 juta sampai Rp 15 juta per bulan.
Dari data tersebut, Ajisatria menegaskan bahwa posisi teknologi finansial tidak akan menggeser keberadaan bank-bank di Indonesia. "Karena segmen dan produk yang ditawarkan berbeda. Justru bisa kolaborasi dengan pemain teknologi finansial," tuturnya.
Ia pun memproyeksi sepanjang tahun ini bakal banyak terjadi kolaborasi bisnis di antara pemain tekfin dengan industri perbankan dan pihak lainnya. Terutama adalah dalam memberikan perkembangan teknologi finansial yang terbaru.
Langkah ini terbilang penting untuk bisa mengantisipasi persaingan di bisnis ini yang bakal semakin sengit. Sebab para pebisnis fintech saat digelar survei 2017 oleh Asosiasi Fintech Indonesia, sekitar 77% responden bilang bahwa yang bakal jadi penguasa bisnis tekfin nantinya justru dari aplikasi transportasi. Sedangkan 66% responden menyebut dari pebisnis e-commerce.
Makanya, para pebisnis tekfin terus berupaya bisa bersaing. Seperti TrueMoney yang bergelut di bidang sistem pembayaran.
Menurut Rio da Cunha, Chief Operational Officer (COO) TrueMoney, transaksi pembayaran di perusahaan tersebut terus menunjukkan tren meningkat. Mulai dari kuartal III--2017 sampai kuartal pertama 2018. "Transaksi terbesar dari bisnsi pengiriman uang di dalam negeri," timpalnya ke KONTAN.
Itu bisa terjadi lantaran pihaknya sudah memperbanyak jaringan agen yang menjadi mitra TrueMoney. Namun Rio tidak merinci jumlah agen TrueMoney hingga kini.
Yang jelas, pihaknya tahun ini bakal terus memperbanyak fitur pembayaran. Salah satunya adalah pembayaran tiket (ticketing). Sayang, Rio tidak merinci jenis pembayaran tiket yang bakal dilayani oleh TrueMoney.
Selain tiket, tekfin ini juga tengah menjajaki pembayaran untuk produk kredit, perusahaan pembiayaan hingga asuransi. Malah ada rencana untuk mengembangkan sistem pembayaran ala TrueMoney. Namun, Rio belum merinci bentuk detilnya.
Tak mau ketinggalan Benedicto Haryono, Co-Founder dan CEO Koinwork, juga pasang target tinggi tahun ini. Bila tahun ini perusahaan ini bisa merealisasikan dana pinjaman hingga Rp 100 miliar, "Tahun ini kami menargetkan bisa tumbuh delapan sampai 10 kali lipat," ungkapnya kepada KONTAN.
Ini artinya, Koinworks punya target bisa memberi pendanaan hingga Rp 1 triliun di akhir tahun ini. Untuk bisa merealisasikan target tersebut, pihaknya tengah membidik kerjasama dengan sejumlah pihak. Namun untuk sementara, Benedicto belum bisa membocorkan identitas dari calon mitra itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News