Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri urun dana atau dikenal sebagai Securities Crowdfunding (SCF) Tanah Air mampu menunjukkan performa positif dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Sejumlah pemain juga berhasil mencatatkan kinerja positif di tahun 2023.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Layanan Urun Dana Utama (Aludi) Patrick Gunadi menyebutkan jumlah penerbit naik 10 kali lipat dari periode 2019 hingga Desember 2023 menjadi 550 penerbit.
“Total dana yang dihimpun SCF meningkat lebih dari 18 kali Lipat dari tahun 2019 menjadi lebih dari Rp 1,1 triliun pada bulan Desember tahun 2023. Jumlah pemodal yang terlibat SCF juga meningkat pesat dari 2019 hingga tahun 2023 dengan total 168.149 pemodal,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (5/2).
Patrick menyatakan, petumbuhan SCF didorong oleh peningkatan literasi keuangan masyarakat yang gencar dilakukan oleh industri urun dana, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Baca Juga: Kinerja Industri Urun Dana Melesat di 2023, Begini Targetnya pada 2024
“Hal ini juga merambah pada transaksi efek bersifat sukuk (syariah) dan berbagai jenis industri baru,” terangnya.
Patrick menuturkan, berdasarkan jumlah penerbit rerata pertumbuhannya atau Compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 50%. Menurutnya, CAGR ini bakal berlanjut di 2024 namun perlu menyesuaikan kondisi ekonomi dan regulasi.
“Jumlah penerbit SCF di Indonesia ditargetkan mencapai 825 penerbit, dengan total dana terhimpun mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun,” tuturnya.
Dia bilang, di tahun 2024 pihaknya menargetkan untuk membantu menjaga kestabilan industri dalam menjaga kepercayaan dari masyarakat baik dari sisi pemodal dan penerbit serta stakeholder terkait.
“Kami juga terus memperbesar market dari industri securities crowdfunding sendiri, salah satunya adalah dengan membantu anggota asosiasi mendapatkan status berizin dari OJK dan mendorong pertumbuhan jumlah pemodal agar aktif dalam melakukan transaksi,” terangnya.
Dia menambahkan bahwa saat ini sektor fast moving consumer good (FMCG) alias perusahaan yang bergerak di bidang produk konsumen tengah meningkat permintaannya di industri urun dana.
PT Dana Aguna Nusantara atau Danamart menargetkan mampu mencetak kinerja naik dua kali lipat di tahun 2024. Hal ini akan di mulai dengan cara menawarkan pendanaan equity.
Chief Marketing Officer (CMO) Danamart Roberto Sumabrata menyebutkan pihaknya mampu menyalurkan pendanaan kurang dari Rp 50 miliar sepanjang 2023.
“Harapannya kami bisa menaikkan dua kali lipat dari tahun (2023) lalu,” ujarnya saat kunjungan ke redaksi KONTAN, Rabu (31/1).
Roberto bilang, di tahun 2023 Danamart memiliki lebih dari 2.500 pemodal dan membantu lebih dari 100 UKM. Adapun jenis pendanaan yang dirilis Danamart saat ini adalah efek berbasis utang (EBU) dengan imbal hasil di kisaran 15%-18% per tahun. “Kami adalah pemain terbesar di segmen efek berbasis utang,” katanya.
Roberto menuturkan, di tahun ini Danamart targetkan penawaran produk berbasis ekuitas, di mana targetnya 80% akan berasal dari efek berbasis utang dan sisanya dari produk ekuitas.
Adapun proyek yang ditawarkan adalah pendanaan untuk rumah sakit dengan target sebesar Rp 10 miliar dengan proyeksi dividen yang akan dikantongi sebesar 18% per tahun. Selain itu, perusahaan juga akan banyak melakukan literasi ke produk mereka.
Baca Juga: Danamart Targetkan Bisa Tumbuh Dua Kali Lipat pada Tahun 2024
“Harapannya literasi dengan menggaet lebih banyak komunitas dan kami bisa mendapatkan issuer sekaligus pemodal,” tandasnya.
Disebutkan bahwa saat ini Danamart memiliki tingkat keberhasilan pembayaran 90 hari (TKB90) sebesar 100%.
PT Investasi Digital Nusantara atau Bizhare mencatat kinerja apik di mana hingga November 2023 jumlah pengguna terdaftar lebih dari 200 ribu, nilai investasi lebih dari Rp 200 miliar, total penerbit yang terdiri dari UMKM dan franchise lebih dari 130 penerbit yang menghasilkan omset Rp 600 miliar.
Founder dan CEO Bizhare, Heinrich Vincent menyampaikan pihaknya optimis di 2024 pendanaan bakal tumbuh lebih tinggi dari 2023. Sayangnya dia tak menyebutkan berapa besar target tersebut.
“Awal bulan Februari 2024 ini, Bizhare juga sedang melakukan penawaran efek dengan total pendanaan Rp 7,762,700,000 untuk 2 penerbit, salah satunya sektor pariwisata yang pertama kali ditawarkan melalui securities crowdfunding yaitu Bobocabin Dieng, Jawa Tengah,” ujarnya kepada KONTAN.
Heinrich melanjutkan, satu penerbit lagi bergerak di industri film dengan 2 project film Indonesia, garapan Production House (PH) Base Entertainment dan Wahana Creator. Tahun ini, Bizhare akan membuat instrumen investasi baru untuk membantu masyarakat lebih bebas secara finansial melalui skema fund investment.
“Ini masih kita persiapkan dan akan menjadi salah satu gebrakan baru di dunia keuangan di 2024,” terangnya.
Sebelumnya, Heinrich mengungkapkan imbal hasil (return) obligasi atau sukuk yang diberikan Bizhare sebesar 15% sampai 28% per tahun.
Bizhare memfasilitasi penerbitan saham, obligasi dan sukuk dengan return yang didapatkan investor cenderung berbeda tergantung jenis industri dan instrumen yang ada.
Untuk instrumen saham, dividend yield yang diberikan ke investor sebesar 12%-58% per tahun selama bisnis masih untung. Namun ini belum termasuk potensi capital gain yang didapat investir saat jual beli saham di pasar sekunder.
“Untuk imbal hasil Obligasi/Sukuk yang ada di Bizhare 15-28% per tahun, dengan periode imbal hasil dan jatuh tempo berbeda-beda mulai dari 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun hingga 2 tahun,” ungkapnya.
Heinrich menuturkan, di tahun 2024 pihaknya menargetkan peningkatan return dari dividen dan imbal hasil. Strateginya, dengan meningkatkan business scoring sehingga tingkat akurasi dan besaran dividen dan imbal hasil yang didapatkan investor semakin sesuai dengan ekspektasi.
Selain itu, melakukan pendampingan ke penerbit untuk meningkatkan performa bisnisnya untuk efek saham dan ketepatan waktu penyelesaian efek obligasi atau sukuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News