kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Ini kata Apindo dan Kadin soal holding ultra mikro


Kamis, 12 Agustus 2021 / 13:49 WIB
Ini kata Apindo dan Kadin soal holding ultra mikro
ILUSTRASI. Antrean nasabah di kantor cabang BRI, Tangerang Selatan, Jumat (23/10/2020). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Amanda Christabel | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno mengungkapkan, Holding Ultra Mikro (UMi) dinilai akan mampu menyediakan teknologi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebagai bagian upaya integrasi data, untuk memperluas dan meningkatkan kemudahan akses layanan kepada masyarakat, sehingga mengakselerasi inklusi keuangan nasional.

Benny melihat di tataran pelaku usaha UMi, permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan usaha adalah akses terhadap penyaluran pembiayaan dan pembinaan. Dirinya menilai persoalan tersebut dapat diatasi oleh sinergi antara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM melalui holding, dengan mengintegrasikan pengolahan data berbasis AI.

Pasalnya, ketiga perusahaan negara tersebut sudah hadir dalam pemberdayaan usaha wong cilik dengan data yang diyakini sudah mumpuni. Selain itu, BRI sebagai induk holding memiliki fundamental keuangan yang kuat dan bisa memberikan kucuran modal untuk menyediakan teknologi berbasis AI tersebut.

"Mereka (dalam holding) bisa mendorong itu. Sebenarnya kebutuhan pelaku mikro hanya template, sehingga bisa dibuat semacam model yang mempermudah. Itu bisa sistem digital yang canggih AI," kata Benny dalam keterangan tertulis yang diterima KONTAN, Kamis (12/8).

Baca Juga: Restrukturisasi kredit diusulkan diperpanjang hingga Maret 2023, ini tanggapan BNI

Benny melihat di tataran pelaku usaha Umi, isu penyaluran pembiayaan tidak bergantung pada suku bunga. Pelaku usaha di tataran bawah menurutnya mampu menanggung suku bunga tinggi, asalkan akses pembiayaan dapat dilakukan cepat tanpa persyaratan yang memberatkan.

Hal itu terjadi dalam praktik rentenir yang mematok bunga tinggi dengan syarat yang mudah. Dia pun mencontohkan, saat ini masih banyak lembaga keuangan formal mensyaratkan agunan agar pembiayaan bisa ‘cair’. Padahal, menurutnya, agunan sangat tidak tepat untuk pinjaman yang ticket size-nya kecil.

Dengan sinergi ketiga perusahaan pelat merah itu, holding akan mampu menyediakan aplikasi sederhana berbasis AI yang dapat membantu pembukuan secara digital untuk mengetahui kualitas kinerja pelaku usaha UMi. Jadi kewajiban agunan dapat diubah ke penjaminan tagihan yang terdata dan dapat dilacak dengan mudah oleh anggota holding melalui sistem berbasis AI tersebut. Hal itu akan menyajikan transparansi yang kuat.

Benny pun menekankan, pemanfaatan AI hanya sebagai pelengkap penguatan integrasi data. Dalam praktiknya, dia tetap berharap jejaring atau agen-agen holding UMi di tataran bawah harus tetap mengedepankan fungsi pemberdayaan dan pendampingan yang lebih intensif di lapangan.

Baca Juga: BNI Life bayar klaim nasabah Rp 1 miliar

"Kalau memang ada karyawan yang bertugas di daerah atau di pasar, itu dia harus kenal semua. Itu juga yang nanti akan mendorong pelaku mikro perlahan beralih ke lembaga keuangan formal. Rentenir itu merajalela karena mereka kenal dekat," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan holding UMi akan menciptakan akselerasi inklusi keuangan, sehingga ke depannya memacu pertumbuhan populasi pengusaha baru di Indonesia. Hal itu tak terlepas dari pengalaman ketiga BUMN yang terlibat holding yang selama ini memang fokus pada pemberdayaan dan pembiayaan bagi masyarakat kecil.

“Pembentukan ekosistem (melalui holding) untuk akselerasi financial inclusion dan menjangkau yang belum terlayani pinjaman. Saat ini, banyak pelaku usaha di segmen mikro dan ultra mikro yang belum tersentuh layanan jasa keuangan formal. Misalnya, untuk keperluan pinjaman modal guna memperluas dan memperkuat usaha,” kata Arsjad.

Senada, pengamat BUMN dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Toto Pranoto mengatakan holding UMi diharapkan mempercepat laju inklusi keuangan dan pembiayaan berkelanjutan. Sinergi ekosistem ultra mikro melalui holding pun tak terlepas dari program pemerintah untuk mendukung visi dalam pemberdayaan segmen usaha tersebut.

Toto pun mengingatkan tujuan holding ini adalah supaya tercipta value creation yang lebih besar dalam pemberdayaan usaha UMi, mikro dan kecil. Sebabnya, value creation dalam hal ini berarti nilai holding jauh lebih besar dibandingkan dengan masing-masing BUMN saat berdiri sendiri.

Dengan holding dapat mempercepat harapan pemerintah dalam menyasar sekitar 57 juta nasabah ultra mikro, di mana 30 juta di antaranya belum terakses ke sumber pendanaan lembaga keuangan formal. Ekosistem ini akan memberikan layanan produk yang lebih lengkap dan potensi pendanaan yang lebih murah untuk sekitar 29 juta usaha ultra mikro pada 2024.

“Targetnya bisa akses pembiayaan lebih luas ke segmen mikro, sehingga coverage pembiayaan sektor ini ditargetkan sampai dengan 29 juta usaha mikro pada 2024. Diharapkan pula dalam proses pembinaan dan peningkatan kapabilitas bisnis ini bisa di-support holding ultra mikro ini,” imbuhnya.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) inklusi keuangan di Indonesia baru mencapai 76,6% pada akhir 2019 sebagai hasil survei tiga tahun sekali. Persentase itu meningkat dari 2016 yang hanya 67,8%. Adapun arahan Presiden Joko Widodo, target tingkat inklusi keuangan sebesar 90% pada 2024.

Selanjutnya: Gandeng Huawei hingga Tencent Cloud, Bank Neo (BBYB) tingkatkan keamanan dari peretas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×