Reporter: Ferry Saputra | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Pensiun BCA (Dapen BCA) yang merupakan Dana Pensiun Pemberi Kerja dengan Program Iuran Pasti (DPPK PPIP) mengungkap, sejumlah kelebihan dan kekurangan dalam menempatkan investasi pada instrumen Exchange Traded Fund (ETF) emas.
Direktur Utama Dapen BCA Budi Sutrisno menyampaikan bahwa ETF emas berpotensi memberikan diversifikasi portofolio bagi dana pensiun.
Baca Juga: Dapen BCA Nilai Instrumen ETF Emas Bisa Menjadi Alternatif Investasi yang Menarik
Selain itu, ETF emas juga dipandang sebagai aset lindung nilai (hedging) terhadap inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah.
“ETF emas memiliki sifat likuid dan mudah diperdagangkan di bursa dibandingkan emas fisik. Selain itu, ada transparansi harga yang mengikuti pasar internasional,” kata Budi kepada Kontan.co.id, Selasa (10/6).
Namun, ia mengingatkan bahwa instrumen ini juga memiliki beberapa kekurangan. ETF emas tergolong aset non-yielding atau tidak memberikan pendapatan tetap.
Nilainya juga fluktuatif dalam jangka pendek, tergantung mekanisme pasar dan kinerja pengelolaan ETF itu sendiri.
“Ada pula risiko basis atau tracking error terhadap harga spot emas,” tambah Budi.
Baca Juga: Dapen BCA Optimistis Kinerja Investasi Tumbuh Positif Usai Penurunan BI Rate
Meski demikian, Budi menyatakan Dapen BCA memiliki minat terhadap diversifikasi investasi demi menciptakan portofolio yang stabil dan kompetitif. Karena itu, ETF emas dinilainya bisa menjadi salah satu alternatif.
“ETF emas bisa menjadi opsi menarik, terutama sebagai lindung nilai terhadap volatilitas pasar saham,” tuturnya.
Namun, Budi menekankan bahwa sebelum berinvestasi, Dapen BCA harus mencermati sejumlah aspek krusial, seperti:
- Aspek regulasi dan kepatuhan, memastikan bahwa investasi ETF emas sesuai ketentuan OJK, termasuk batasan alokasi investasi.
- Likuiditas di pasar domestik, agar transaksi jual-beli bisa dilakukan dengan mudah sesuai kebutuhan dana pensiun.
- Risiko pasar, sebab meskipun emas dikenal sebagai aset safe haven, harga ETF tetap dipengaruhi oleh dinamika global.
- Biaya investasi, seperti biaya manajemen dan biaya transaksi yang harus diperhitungkan secara komprehensif.
Baca Juga: Dapen BCA Catat Peningkatan Jumlah Peserta Menjadi 24.991 Orang per Februari 2025
Portofolio Masih Didominasi SBN
Per Mei 2025, Budi menyebut portofolio investasi terbesar Dapen BCA masih ditempatkan pada Surat Berharga Negara (SBN), dengan porsi mencapai 38,08% dari total aset investasi senilai Rp 5,9 triliun.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyambut positif potensi ETF emas sebagai alternatif investasi bagi dana pensiun dan asuransi, terutama di tengah gejolak pasar saham.
“Emas itu bisa mengompensasi fluktuasi di saham. Ketika saham turun, emas bisa jadi penyeimbang,” kata Iwan Pasila, Deputi Komisioner Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Rabu (21/5).
Baca Juga: Meski Bertumbuh, Dapen BCA Beberkan Tantangan Meningkatkan Jumlah Peserta
Iwan menyebut penempatan investasi dana pensiun dan asuransi saat ini masih dominan pada Surat Utang Negara dan saham.
Namun, dengan kebutuhan diversifikasi yang makin mendesak, ETF emas dinilai sebagai salah satu solusi yang layak dipertimbangkan.
“Kami sudah berdiskusi dengan pelaku pasar dan asosiasi. Infrastruktur ETF emas sudah ada dan aman. Sekarang tinggal menunggu regulasi teknisnya,” pungkas Iwan.
Selanjutnya: IWPI: Pembentukan Badan Penerimaan Negara Ujian Komitmen Prabowo ke Reformasi Fiskal
Menarik Dibaca: Apa Saja Gejala Mpox atau Cacar Monyet? Intip Selengkapnya di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News