kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini kesiapan ASPI dan anggotanya menyambut standardisasi QR code


Senin, 27 Mei 2019 / 20:07 WIB
Ini kesiapan ASPI dan anggotanya menyambut standardisasi QR code


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah melakukan soft launching standardisasi sistem pembayaran berbasis kode respons cepat yang dinamai Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS). Standardisasi itu masih terus melanjutkan uji coba tahap kedua sebelum akhirnya resmi diluncurkan pada semester II-2019.

Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Erwin Haryono mengatakan, pilot project tahap kedua dilakukan untuk memastikan standardisasi sudah bisa diimplementasi dengan benar. 

Dia mengungkapkan, saat ini sudah ada 16 perusahaan yang memiliki QR code yang siap menerapkan standardisasi tersebut. "Lima lagi dalam tahap finalisasi dan akan menyusul lima lagi setelah lebaran," katanya di Jakarta, Senin (27/5).

Dengan adanya QRIS, nantinya hanya akan ada satu QR code yang bisa digunakan semua bank atau fintech. Sementara selama ini, QR code yang dimiliki satu perusahaan itu hanya bisa mereka pakai sendiri dan tidak bisa dibaca di tempat lain.

Selain itu, kehadiran QRIS ini juga akan mengadopsi cross border. Nantinya, lanjut Erwin, QRIS bisa bekerjasama dengan negara lain yang sudah memiliki standardisasi QR code seperti Thailand. Lewat kerjasama itu, turis-turis dari negara itu bisa berbelanja di Indonesia dengan menggunakan QR code mereka. Semua transaksi yang terjadi harus diolah dengan secara domestik.

Sementara Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Anggoro Eko Cahyo mengatakan, uji coba tahap kedua dilakukan bukan karena ada masalah tetapi guna meningkatkan tingkat keberhasilannya saat benar-benar diimplementasikan nantinya.

"Untuk pilot project tahap lebih banyak partisipan ada 14 user dan 11 acquirer. Namanya inovasi membutuhkan literasi dan itu perlu pengulangan untuk melihat apakah kecepatannya sudah benar, apa masih ada yang gagal, berapa persen kegagalannya. Proses ini yang masih berlangsung," kata Anggoro.

Anggoro mengatakan, ASPI saat ini masih terus melakukan working group yang terdiri dari grup teknis dan grup bisnis sebagai persiapan menjalankan standardisasi itu. Dari sisi bisnis akan dicari bagaimana skemanya. Dia bilang, pihaknya sudah mengajukan biaya merchant discount rate (MDR) ke regulator.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), salah satu bank yang sudah punya QR Code belum terlalu gencar mendorong transaksi lewat sistem tersebut. Pasalnya, BCA masih menunggu standardisasi tersebut benar-benar diluncurkan.

"Transaksi QR Code BCA masih kecil. Kita juga masih nunggu standardisasi keluar dulu baru kita besarkan QR code ini karena kalau tidak nanti edukasinya double-double," kata Wakil Direktur Utama BCA Armand Wahyudi Hartono.

Armand mengaku BCA siap mengikuti standardisasi yang akan dikeluarkan nantinya. Jika ada perubahan, BCA tinggal mengupdate mesin yang akan digunakan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Sementara PT Maybank Indonesia Tbk baru mempersiapkan QR code. Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, pihaknya baru akan merilis sistem pembayaran berbasis respon cepat pada semester II setelah standardisasi keluar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×