kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini perbedaan konsep digital banking milik Bank Jago dengan bank lain


Rabu, 26 Agustus 2020 / 13:58 WIB
Ini perbedaan konsep digital banking milik Bank Jago dengan bank lain


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Jago Tbk (ARTO) akan memulai ekspansi bisnis pada semester II-2020 setelah pada paruh pertama 2020 fokus memperkuat permodalan serta membenahi sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur menuju bank digital. Ekspansi akan dimulai setelah meluncurkan aplikasi digital dalam waktu dekat. 

Aplikasi layanan digital yang akan diluncurkan itu akan diberi nama  life financial solution. Tahap pertama, bank ini akan fokus mengembangkan fitur transactional pada aplikasi tersebut. Namun, ke depannya akan terus dikembangkan fitur-fitur lain yang relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini. 

Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengungkapkan, layanan digital yang akan dibangun perseroan akan tidak akan berkompetisi secara lansung dengan layanan digital yang sudah dimiliki bank-bank lain. Ia menjelaskan, konsep bisnis layanan digital Bank Jago akan bekerjasama dengan semua platform dalam ekosistem digital. 

Baca Juga: OJK siapkan ketentuan lisensi bank digital, untuk merespons kebutuhan industri

Bank ini akan bekerjasama dengan platform mulai dari e-commerce, aplikasi jasa penyedia transportasi, industri travel, online shop, hiburan, hingga pembayaran digital dan fintech lending. 

"Contohnya terkait e-money. Selama ini, e-money selalu digunakan setiap hari dan saldonya harus selalu di top-up. Layanan kami bagaimana mengurangi payment terkait saldo sehingga nasabah tidak perlu lagi capek-capek selalu top-up. Kami akan bikin seamless antara tabungan dan e-money. Jadi, produk yang kami berikan nantinya untuk melengkapi kebutuhan layanan partner kami di ekosistem digital," jelas Kharim.

Jika selama ini institusi keuangan hanya melihat nasabah sebagai individu, namun Bank Jago dengan digital bankingnya tidak hanya melihat nasabah sebagai individu dalam menjalankan layanannya tetapi juga melihat hubungannya dengan keluarganya. 

Kharim bilang, layanan yang diberikan tidak hanya menyangkut kebutuhan hari ini saja tetapi juga untuk masa depan.

Adapun segmen pasar yang akan disasar Bank Jago dari sisi pembiayaan ke depan segmen menengah dan massal dimana sebagian besarnya pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). 

Belanja modal (capex) yang disiapkan Bank Jago untuk mengembangkan layanan digital banking hanya untuk pengembangan aplikasi saja. Sementara untuk infrastruktur teknologi cloud akan menggunakan layanan jasa pihak ketiga. Oleh karena itu, investasi di awal menurut Kharim tidak besar. 

Saat ini, Bank Jago masih masuk kelompok Bank Umum Kategori Usaha (BUKU) II. Namun, permodalan saat ini dinilai masih cukup dalam mengembangkan layanan digital banking tersebut karena konsep yang diusung melakukan pendekatan dengan ekosistem digital yang sudah punya jumlah nasabah yang besar.  Sehingga perseroan hanya mengutilisasi kerjasama dengan partner.

Baca Juga: Platform digital banking bakal jadi andalan perbankan

"Kalau punya balance sheet besar memang akan lebih kuat. Apakah ada tambahan modal lagi nantinya, itu akan tergantung sebagaimana penerima layanan yang kami luncurkan. Share holder kami sangat mengerti bahwa dinamika digital banking terkait dengan teknologi sehingga butuh investasi jangka panjang," kata Kharim.

Hingga akhir tahun, Bank Jago memperkirakan masih mengalami rugi karena tahun ini perseroan fokus dalam membangun infrastruktur digital. Apalagi ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 membuat perseroan tidak bisa ekspansif dalam penyaluran kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×