Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak bulan Juli akibat gelombang kedua kasus Covid-19 telah menahan pemulihan debitur-debitur restrukturisasi Covid-19 di perbankan. Sehingga kredit beresiko atau loan at risk (LAR) yang sebelumnya diperkirakan akan banyak berkurang menjadi tertahan.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya, pada bulan Juni 2021 lalu telah memperkirakan akan ada sebelsah triliun dari kredit restrukturisasi Covid-19 akan kembali normal. "Namun, mereka kembali meminta perpanjangan restrukturisasi akibat PPKM," kata Nixon L.P. Napitupulu Wakil Direktur Utama BTN dalam paparan publik virtual baru-baru ini.
Nixon mengatakan, LAR BTN sebagian besar memang berasal dari kredit restrukturisasi Covid-19. Dia berharap ke depan tidak terjadi gelombang ketiga dan jumlah vaksinasi terus meningkat sehingga debitur-debitur restrukturisasi bisa kembali mengangsur dengan normal.
Untuk mengantisipasi resiko kredit, BTN akan terus menumpuk pencadangan terhadap kredit-kredit beresiko tersebut. Hingga akhir tahun, BTN menargetkan menambah coverage terhadap Non Performing Loan (NPL) sekitar 125%-127%. Sementara Per Juni, pencadangan sudah dialokasikan sebesar 120%.
Baca Juga: MTN BRI Multifinance senilai Rp 500 miliar meraih peringkat idAA
Berdasarkan data Himbara, posisi LAR BTN per Juni ada di level 14,65%. Perseroan telah mengalokasikan pencadangan terhadap total LAR sebesar 14,81%.
Sementara LAR PT Bank Mandiri Tbk per Agustus 2021 disebut sudah mulai berkurang dari posisi bulan Juni sebesar 21,19%. Namun, perseroan masih terus mengamati LAR, terutama yang berasal dari restrukturisasi Covid-19.
Ahmad Siddik Badruddin. Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri mengatakan, restrukturisasi Covid-19 per Agustus mengalami sedikit kenaikan dari bulan Juni karena adanya debitur yang sebelumnya belum membutuhkan restrukturisasi mulai mengajukan restrukturisasi seiring adanya perpanjang POJK restrukturisasi Covid-19.
Kendati begitu, Bank Mandiri memperkirakan tidak kenaikan itu tidak akan banyak berdampak pada LAR hingga akhir tahun. "Total balance dari LAR yang dikontribusi restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 96 triliun, naik sedikit dari Juni yakni sebesar 1 triliun. Tetapi tambahan kredit yang akan berdampak ke LAR tidak akan banyak sampai akhir tahun," kata Siddik.
Hingga Agustus, proyeksi Bank Mandiri kredit restrukrisasi Covid-19 yang masih kategori berisiko tinggi sekitar 10%-11% atau tidak berubah dari perkiraan pada bulan Juni lalu.
Baca Juga: Penyalurakan KUR BNI mencapai Rp 19,7 triliun per Agustus 2021
Dari kredit yang high risk tersebut baru 1,5% yang sudah turun menjadi NPL. Siddik bilang, Bank Mandiri akan terus melakukan analisa terhadap restrukturisasi kredit tersebut sehingga bisa diketahui mana yang bisa kembali bangkit, mana yang butuh perpanjangan serta mana yang harus downgrade jadi NPL.
"Saya kira LAR sampai akhir tahun akan sedikit demi sedikit turun seiring dengan pelunasan dari debitur restrukturisasi Covid-19 yang sudah mulai bangkit setelah relaksasi PPKM," pungkas Siddik.
Selanjutnya: Kredit perbankan lesu, pembiayaan lewat pasar modal justru melesat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News