Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan daya beli masyarakat dan meningkatnya fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi pada 2025 sedikit banyak akan berdampak pada bisnis dana pensiun. Meski begitu, Dana Pensiun BCA optimistis dengan prospek bisnis dapen di tahun ini.
Direktur Utama Dana Pensiun BCA Budi Sutrisno mengatakan, Dapen BCA tetap optimistis terhadap prospek tahun ini.
Strategi investasi difokuskan pada instrumen yang stabil dan likuid seperti deposito, Surat Berharga Negara (SBN), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) berjangka pendek hingga menengah.
Baca Juga: OJK Catat Total Aset Dana Pensiun Capai Rp 1.511,71 Triliun per Februari 2025
“Pendekatan ini dilakukan guna mengamankan nilai portofolio sekaligus memastikan ketersediaan likuiditas jika diperlukan,” ujar Budi Kamis (17/4).
Budi mengakui, kondisi ekonomi yang tertekan imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, turunnya harga komoditas, serta suku bunga yang masih tinggi akhir-akhir ini memicu maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor.
“PHK pada perusahaan yang memiliki program pensiun dapat langsung berdampak pada penurunan jumlah peserta aktif, khususnya pada Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK). Semakin banyak peserta yang berhenti bekerja, maka potensi arus kas masuk dari iuran rutin akan menurun,” ujar Budi.
Lebih lanjut, Budi mengatakan penurunan peserta aktif ini dapat berdampak pada kebutuhan likuiditas jika banyak peserta yang mengajukan klaim atau pencairan manfaat lebih awal.
Risiko lain yang mengintai adalah tekanan terhadap rasio pendanaan. PHK massal berpotensi meningkatkan pencairan manfaat pensiun lebih cepat dari yang diproyeksikan, terutama jika peserta yang terkena PHK memilih untuk menarik dana pensiun mereka lebih awal. Hal ini dapat menekan rasio kecukupan dana (RKD) pada Dana Pensiun skema manfaat pasti (PPMP).
Baca Juga: Dana Pensiun BCA Terapkan Strategi Ini dalam Penempatan Investasi
Untuk skema iuran pasti (PPIP), kendati tidak memiliki kewajiban jangka panjang, arus keluar yang meningkat tetap perlu dimitigasi dengan pengelolaan likuiditas yang cermat.
Selain itu, pertumbuhan iuran pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) juga berpotensi stagnan jika perusahaan yang terdampak PHK menghentikan kontribusi tambahan bagi karyawan.
“Jika PHK terjadi dalam skala besar, kondisi ini berpotensi menciptakan sentimen negatif di pasar keuangan. Hal ini dapat berdampak pada turunnya nilai aset investasi,” ujar Budi.
Meski begitu, Budi mengungkap kinerja Dapen BCA masih cukup stabil. Per Maret 2025, total aset dana kelolaan Dapen BCA tercatat sebesar Rp 5.889 miliar, turun tipis 0,19% dibandingkan akhir Desember 2024.
“Penurunan ini relatif tipis dan masih dalam batas yang wajar, mencerminkan strategi pengelolaan portofolio yang berhati-hati dan fokus pada instrumen yang likuid serta aman,” ujar Budi.
Meski begitu, Dapen BCA berhasil mencatatkan peningkatan hasil usaha. Hingga Maret 2025, hasil usaha tercatat sebesar Rp 71,35 miliar, naik 9,37% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Selanjutnya: Negosiasi Tarif dengan AS, Pemerintah Harus Perhatikan Industri Dalam Negeri
Menarik Dibaca: Manfaat Konsumsi Kunyit untuk Mengobati Asam Lambung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News