kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ini Strategi Perbankan Hadapi Berakhirnya Restrukturisasi Kredit Terkait Covid-19


Rabu, 06 Maret 2024 / 18:02 WIB
Ini Strategi Perbankan Hadapi Berakhirnya Restrukturisasi Kredit Terkait Covid-19
ILUSTRASI. Sejumlah perbankan bersiap dalam menghadapi berakhirnya relaksasi restrukturisasi Covid-19 pada Maret 2024./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/05/10/2022.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan telah mempersiapkan diri dalam menghadapi berakhirnya relaksasi restrukturisasi kredit terkait Covid-19 pada Maret 2024.

Untuk diketahui, Otoritas Jasa Keuangan atau OJK akan mengakhiri kebijakan restrukturisasi kredit dalam rangka pandemi Covid-19 pada Maret 2024. Kebijakan ini berlaku sejak 2020. Setelah berulang kali diperpanjang, OJK menyatakan bahwa restrukturisasi tidak akan diperpanjang lagi. 

Seperti CIMB Niaga, mencatat di bulan Maret 2024 ini sisa portofofolio restrukturisasi ex covid-19 hampir habis, oleh karena itu kata Lani Darmawan, Direktur Utama CIMB Niaga tidak ada risiko tambahan yang dibebankan dari restrukturisasi ex covid-19.

Baca Juga: Laju Penurunan Kredit Restrukturisasi Covid-19 Melambat Jelang Kebijakan Berakhir

"Secara keseluruhan, kami berhasil menurunkan Non Performing Loan (NPL) secara signifikan, ke depannya kami akan teruskan perhatian untuk credit underwriting yang prudent, process collection, recovery yang tepat serta portfolio & acct management yang mumpuni.  Selain tentu saja loan juga harus tetap tumbuh," katanya kepada kontan.co.id, Rabu (6/3).

Menurutnya, NPL di tahun 2023 ditutup di bawah 2% dalam posisi sehat dan lebih baik dari industri.  Seluruh segmen secara year on year (yoy) juga mengalami perbaikan asset quality, serta Loan at Risk (LAR) terus menurun.

Adapun Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menyebut, portofolio kredit restrukturisasi BCA terus mencatatkan penurunan, seiring dengan pemulihan bisnis debitur.

"Dari total jumlah restrukturisasi kredit saat ini, didominasi oleh kategori lancar (Kolektibilitas 1)," ucapnya.

Selaras dengan hal tersebut, rasio loan at risk (LAR) BCA secara konsisten mencatatkan penurunan hingga menyentuh single digit, yaitu sebesar 6,9%, dibandingkan dengan 10,4% pada tahun 2022. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) BCA terjaga di angka 1,9% pada tahun 2023.

Menurutnya, meskipun tren kualitas kredit BCA membaik, BCA tetap memiliki CKPN yang memadai. NPL coverage BCA sebesar 234,1% dan LAR coverage sebesar 69,7% pada tahun 2023, salah satu yang paling tinggi di industri perbankan.

"Biaya pencadangan juga akan senantiasa kami review sejalan dengan perkembangan kualitas aset dan kondisi ekonomi," katanya.

Sementara Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan, manajemen secara berkala melakukan kajian dan prospek debitur dalam portofolio restrukturisasi covid-19 untuk memulihkan usahanya dan berpotensi atau tidaknya ke kolektabilitas normal.

Baca Juga: Ini PR Pemerintah Baru di Sektor Perbankan

Menurut Novita, dalam review terakhir, BNI melihat potensi debitur untuk dikeluarkan dari klasifikasi ini masih tinggi yaitu debitur yang sudah melakukan pembayaran tanpa tunggakan dan yang telah bayar pada tingkat suku bunga yang komersial.

Ia meyakini kebijakan tersebut tidak akan berdampak signifikan mengingat sebagian besar nasabah sudah mampu melakukan pembayaran kewajiban dengan tingkat suku bunga komersial.

"Sehingga kami menilai bahwa mereka berada pada risiko rendah hingga menengah. Secara pararel kami juga terus konservatif dalam hal pencadangan dan telah membentuk sebesar 42% dari dari total kredit restrukturisasi covid-19. Oleh karena itu Kami optimistis dampak negatif atas berakhirnya program stimulasi ini dapat kami minimalkan," sambung Novita.

Selain itu,  dengan pertumbuhan ekonomi yang resilient di kisaran 5% dinilai akan membantu pemulihan nasabah restrukturisasi di masa yang akan datang.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga telah memastikan memiliki pencadangan yang cukup jelang berakhirnya masa relaksasi restrukturisasi covid-19. 

Baca Juga: Menghitung Potensi Nilai Restrukturisasi Kredit Terdampak Covid-19 Hingga Maret 2024

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan BRI telah menyiapkan pencadangan yang cukup dan memadai. Di mana, NPL coverage BRI per Desember 2023 itu 215,27%, lebih dari dua kali dari NPL.

"Saya kira itu lebih dari cukup. Dan kemudian kualitas kredit atau NPL BRI terkendali di level 2,95%,” kata dia.

Di samping itu, strategi lain yang dilakukan yakni dengan selective growth dan tetap memperkuat risk management. BRI telah membentuk regional risk management di setiap wilayah untuk mengawal kualitas kredit serta secara aktif melakukan monitoring pada portofolio kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×