kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Integrasi sistem pasca merger rampung, begini target dan strategi BSI ke depan


Senin, 01 November 2021 / 13:51 WIB
Integrasi sistem pasca merger rampung, begini target dan strategi BSI ke depan
ILUSTRASI. Kontan - BSI Kilas Online


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi melayani seluruh nasabah dan masyarakat Indonesia dengan single system per 1 November 2021. Hal ini menandai tahap akhir dari proses migrasi nasabah setelah BNI Syariah, BRI Syariah, dan Mandiri Syariah melakukan aksi merger. 

Setelah merger ini, BSI telah menyiapkan target dan strategi hingga tahun 2025. Pertumbuhan nasabah dari 15 juta naik menjadi 30 juta hingga 40 juta nasabah. 
Bank syariah terbesar ini juga menargetkan bisa mengerek return on equity (ROE) dari 14% saat ini menjadi 18% dalam empat tahun ke depan. 

Dari segi aset, BSI menargetkan bisa menggandakan total aset yang saat ini sekitar Rp 250 triliun menjadi Rp 500 triliun pada 2025. Tujuannya, agar BSI bisa masuk dalam 5 bank besar di Indonesia dari segi aset dan menjadi 10 bank syariah terbesar di global berdasarkan nilai kapitalisasi pasar.  

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyatakan dibutuhkan hampir 11 bulan project PMO untuk legal merger ketiga bank ini. Lalu sekitar 9 bulan untuk pelaksanaan merger. Artinya, dalam 2 tahun terakhir bank banyak berkutat untuk memuluskan integrasi. 

Baca Juga: PPKM dilonggarkan, ekonom BSI prediksi inflasi Oktober 2021 sebesar 0,52%

“Setelah integrasi merger selesai, artinya BSI akan lebih fokus menjalankan bisnis. Kita akan lebih banyak untuk kembangkan bisnis dan ekosistem yang ada di dalam ranah pengembangan digital BSI. harapannya pertumbuhan lebih cepat dan fokus kita lebih jelas,” papar Hery secara virtual, Senin (1/11).

Bank akan fokus secara organik dengan peningkatan bisnis pembiayaan dengan memperhatikan kualitasnya. Juga fokus menggarap dana murah menurunkan biaya dana atau cost of fund. BSI juga ingin mengoptimalkan pendapatan berbasis komisi dalam mendulang pendaptan, terutama dari inovasi digital. 

Pasca single system ini maka seluruh produk dan layanan yang ada di 3 bank legacy sudah dapat dilayani seluruhnya dalam satu sistem BSI. Selain itu, dengan single system ini artinya sekarang BSI memiliki satu core banking system, satu enterprise data, satu sandi kode bank di 451, dan satu pelaporan keuangan, semua dengan nama Bank Syariah Indonesia. 

Sementara terkait proses migrasi nasabah, BSI telah menyelesaikan seluruh proses tersebut pada bulan Juli 2021, yang artinya 4 bulan lebih cepat dari target yang dicanangkan.

Dengan berpegang pada ketiga nilai tersebut, BSI mampu menorehkan kinerja yang terus meningkat pada triwulan III 2021 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp2,26 triliun, naik 37,01 % secara year on year (yoy). Perolehan laba bersih yang gemilang ditopang pula kinerja berbagai sektor. Di antaranya perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp219,19 triliun. 

Terkait DPK, Hery menegaskan pihaknya terus meningkatkan pertumbuhan tabungan khususnya tabungan wadiah. Per September 2021, tabungan wadiah BSI tumbuh signifikan sebesar 16,22% yoy atau mencapai Rp30,35 triliun. Adapun secara total tabungan, BSI membukukan pertumbuhan 11,57% yoy dengan angka mencapai Rp91,43 triliun pada kurun waktu yang sama.

Pertumbuhan tabungan tersebut berdampak kepada membaiknya cost of fund BSI yang kini  sekitar 2,10%. Persentase tersebut turun signifikan dibandingkan dengan Desember 2020 yang sebesar 2,67%. 

Pembiayaan BSI mampu tumbuh sekitar 7,38% yoy yang mencapai Rp163,32 triliun. BSI pun mampu menjaga kualitas pembiayaan (NPF) net sebesar 1,02%.

Hery menjelaskan bahwa pertumbuhan pembiayaan disokong oleh pembiayaan konsumer yang mencapai Rp77,89 triliun. Jumlah itu naik sekitar 21,43 % yoy dari sebesar Rp64,14 triliun.  Disusul gadai emas yang tumbuh 15,58% yoy dengan penyaluran mencapai Rp4,42 triliun dari sebelumnya Rp3,82 triliun. 

Realisasi pembiayaan komersial BSI sepanjang Januari hingga September 2021 mencapai Rp10,58 triliun, tumbuh sekitar 7,29% yoy dari sebelumnya sebesar Rp9,86 triliun. Adapun untuk sektor mikro berhasil tumbuh sekitar 4,74%.  

Baca Juga: Fokus pada Digitalisasi, Kinerja BSI Pasca Merger Semakin Solid

Menurut Hery, BSI terus mendorong pertumbuhan pembiayaan kepada UMKM sehingga komposisinya hingga September 2021 mencapai 22,93%, atau meningkat dari posisi Desember 2020 yang sekitar 22,40%. Dengan sinergi yang baik dari berbagai segmen tersebut BSI mampu meningkatkan aset menjadi Rp251,05 triliun atau naik sekitar 10,15% yoy dari Rp227,92 triliun. 

Akselerasi digital menjadi salah satu fokus BSI dalam menggenjot bisnis. Hal ini tercermin dari transaksi kumulatif BSI Mobile yang mencapai 74,24 juta transaksi atau tumbuh 133% yoy. 

Hal lain juga ditunjukkan dengan kenaikan transaksi melalui e-channel pada September 2021 yang mencapai 162,40 juta transaksi atau 95% transaksi di BSI sudah menggunakan e-Channel.

Selanjutnya: BSI targetkan pembiayaan tumbuh 9%-10% pada 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×