Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus menerus terpuruk. Salah satu penyebabnya, larinya para investor asing dari Indonesia. Bank Indonesia (BI) menyebutkan, dana asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) saat ini mengalami penurunan signifikan. Dana asing di SBI saat ini masih sekitar Rp 20 sampai Rp 21 triliun. Jumlah tersebut turun drastis jika dibandingkan dengan posisi di awal September yang lalu yang bercokol pada posisi Rp 50,2 triliun.
Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Gubernur BI Budi Mulya. Ia bilang, sejak hari Senin (6/10) kemarin, nilai tukar rupiah mengalami turbulensi. “Selama itu pula, BI seperti biasa memonitor sekaligus melakukan intervensi di pasar,” ungkapnya hari ini (8/10). Bukti dari intervensi BI di pasar adalah nilai tukar rupiah tiga hari ini stabil atau tidak mengalami volatilitas yang cukup tinggi. Posisinya berada di angka Rp 9.500 hingga Rp 9.600.
Direktur Tresuri dan Internasional PT Bank Mega Tbk JB Kendarto mengatakan, pelemahan rupiah yang terbatas saat ini dikarenakan ada bantuan dari bank sentral. "Rupiah memang ada yang menjaga," kata Kendarto yang merujuk pada BI. Seandainya tidak dikawal, Kendarto memperkirakan, posisi rupiah bisa menembus Rp 10.000 per US$. Bahkan, pergerakannya bisa ikut terseret seperti waktu tahun 1997, mendekati Rp 14.000 per US$.
Kepala Divisi tresuri PT Bank Central Asia tbk (BCA) Branko Windoe mengatakan, pelemahan rupiah saat ini karena ulah investor asing yang menarik semua dananya. Para investor asing tersebut banyak yang menjual rupiahnya karena kebutuhan likuiditas dolar tinggi akibat terseret masalah finansial global. Branko mengakui, sebenarnya, investor lokal juga melakukan penjualan dolar. Namun, dengan alasan yang berbeda. "Onshore melakukan penjualan karena kebutuhan ekspor impor. Beberapa bank BUMN yang juga melakukan penjualan," kata Branko.
Menurut Kepala Divisi Tresuri PT Bank NISP Tbk Suriyanto Chang, agar rupiah tidak kembali terpuruk, sebaiknya BI dan pemerintah melakukan berbagai langkah konkret untuk memberikan kepercayaan dan sentimen keamanan untuk pelaku pasar. "Termasuk salah satunya dengan menaikkan penjaminan dana Lembaga Penjamin Simpanan," katanya.
Meski demikian, Deputi Senior BI Miranda S Goeltom meyakinkan, BI akan tetap selalu berada di pasar untuk menjaga rupiah. Ia mengatakan bahwa cadangan devisa yang biasanya digunakan untuk intervensi pasar saat ini masih cukup banyak. "Cadangan devisa saat ini masih aman untuk mengontrol rupiah di pasar dengan jumlah lebih dari 4,5 bulan impor," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News