kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Jalan panjang berburu Bank Permata (BNLI) hingga dimenangkan Bangkok Bank


Kamis, 12 Desember 2019 / 22:54 WIB
Jalan panjang berburu Bank Permata (BNLI) hingga dimenangkan Bangkok Bank
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang di kantor layanan bank Permata Jakarta, Senin (6/3). Bank Permata di tahun 2016 telah melakukan rights issue dengan total Rp 5,5 triliun. Sehingga, ditambah dengan rights issue tambahan Rp 3 triliun di tahun 2017 ini akan meningkat


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) telah melalui jalan panjang dan berliku. Bermula dari pernyataan Standard Chartered Bank (SCB) akhir tahun 2018 yang menyatakan hendak melepas kepemilikan 44,56% saham Bank Permata,setelahnya, sejumlah lembaga keuangan lokal maupun global berlomba hendak meminang Bank Permata. 

Namun, tak ada yang menyangka, perburuan Bank Permata akhirnya dimenangkan Bangkok Bank. Kamis (12/12) Bangkok Bank menandatangani perjanjian pembelian saham dengan SCB dan PT Astra Internasional Tbk (ASII).

Baca Juga: Bos Bangkok Bank targetkan akuisisi Bank Permata rampung kuartal III 2020

Isinya Bangkok Bank bakal membeli 89,12% saham Bank Permata yang sebelumnya masing-masing dikempit Astra dan SCB sebesar 44,56%. Ketiganya sepakat, transaksi akan dilakukan seharga 1,77x nilai buku dengan harga indikatif per September 2019 Rp 1.498. merujuk hal tersebut, nilai yang akan digelontorkan Bangkok Bank untuk aksi ini bisa mencapai Rp 37,43 triliun.

Sebagai catatan, nilai pasti yang akan dkeluarkan Bangkok Bank bakal disesuaikan dengan laporan keuangan terakhir sebelum penyelesaian transaksi.

“Akuisisi terhadap Bank Permata tidak terjadi tiba-tiba. Kami membuka cabang pertama di Indonesia 51 tahun lalu, beberapa tahun belakangan kami juga terus memantau dan mengevaluasi pertumbuhan organik perbankan selaras target akuisisi kami,” kata Presiden Direktur Bangkok Bank Chartsiri Sophonpanich saat Jumpa Pers di Hotel Indonesia, Kamis (12/12).

Baca Juga: Simak target dan strategi Bank BTN dan Bank DKI menggenjot kinerja tahun 2020

Selanjutnya, Sophonpanich menjelaskan, pihaknya bakal menggelar RUPSLB guna meminta restu para pemegang saham perseroan terkait aksi ini. Bangkok Bank juga diakuinya bakal memenuhi ketentuan akuisisi yang berlaku guna mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Targetnya, kuartal III-2020, akuisisi bisa dapat dirampungkan.

Pascaakuisisi rampung, Sophonpanich bilang Bangkok Bank juga akan terus mendukung bisnis Bank Permata khsuusnya di segmen ritel. Sophonpanich juga mengaku cukup terkesan dengan platform digital perankan Bank Permata yaitu Permata Mobile X.

“Kami juga akan melanjutkan hubungan kemitraan Bank Permata dengan Astra mencakup produk seperti bancassurance, cash management, dan payroll loan kepada karyawan Astra,” lanjutnya.

Baca Juga: Sebelum Bangkok Bank, ini calon-calon pemilik Bank Permata

Meski demikian, Sophonpanich menambahkan Bangkok Bank kelak akan mendorong Bank Permata untuk melakukan ekspansi ke segmen korporasi dan UMKM yang merupakan bisnis utama Bangkok Bank.

Astra Adalah Kunci

Sebelum akhirnya dipinang Bangkok Bank, peminat Bank Permata sejatinya membludak. Paling awal adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang menyatakan minatnya Maret 2019. Konon, bank berlogo pita emas ini telah mengajukan penawaran 1,4x-1,5x nilai buku Bank Permata dengan harga Rp 1.115. Sayang Mei 2019, rencana dikabarkan batal.

Setelah Bank Mandriri giliran lembaga keuangan global yang coba peruntungan meminang Bank Permata. Dua lembaga keuangan asal Jepang yaitu Mizuho Financial Group (MFG), dan Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) ditambah dua lembaga keuangan asal SIngapura yaitu DBS Group, dan OCBC Group dikabarkan bakal jadi investor.

Rumornya, OCBC telah menawarkan harga 2x pbv senilai Rp 1.690, sementara Sumitomo mengajukan penawaran 1,8x pbv seharga Rp 1.490.

Baca Juga: Bank Maspion dan Bank Mayora tak berencana tambah modal tahun depan

“Singapura tidak mungkin mengajukan harga setinggi itu, kalau Jepang mungkin. Namun karena yang mendapatkan adalah Bangkok Bank, artinya penawaran tertinggi dari sana, karena Astra tidak mau jual kalau harga tidak tinggi,” kata Kepala Riset Semuel Sekuritas Indonesia.

Dalam keterangan resminya, Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto menyatakan alasan penjualan kepemilkan saham Astra lantaran kinerja Bank Permata yang mulai membaik.

Asal tahu, 2016 lalu, Bank Permata sempat didera masalah kredit macet. Rasio non performing loan (NPL) gross perseroan kala itu mencapai 8,8%. Di atas ambang batas yang bisa ditolerasni OJK sebesar 5%.

Baca Juga: Pergerakan pasangan kurs GBP/USD menunggu hasil pemilu Inggris

“Keputusan kami terkait Bank Permata telah mempertimbangkan kinerjanya yang membaik, prospek positif industri jasa keuangan di Indonesia dan strategi kami untuk fokus memperkuat posisi Astra sebagai penyedia jasa keuangan di segmen ritel di Indonesia.” Tulis Prijono.

Per September 2019, kinerja Bank Permata memang tercatat moncer. Perseroan berhasil meraih laba bersih Rp 1,1 triliun dengan pertumbuhan 121% (yoy). Sementara rasio NPL gross berhasil ditekan hingga level 3,3%.

“Atas nama seluruh manajemen dan karyawan, kami menyambut baik pemberitahuan dari para pemegang saham kami bahwa Bangkok Bank akan menjadi pemegang saham mayoritas Bank Permata setelah transaksi diselesaikan,” Presiden Direktur Bank Permata Ridha DM Wirakusumah dalam keterangan resminya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×