Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang cum date atawa hari terakhir investor bisa membeli saham untuk ikut mengantongi dividen, saham bank pelat merah terpantau naik di penutupan bursa Kamis, (10/4).
Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tampak melesat paling tinggi, naik 315 basis poin atau 6,69% menjadi Rp 5.025 dari sebelumnya dibuka Rp 4.710 per saham. Mengacu data tersebut, dividen yield bank berlogo pita emas ini bisa mencapai 9,28%.
Di posisi kedua ada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI). Saham BBNI naik 220 poin atau 5,45% menjadi Rp 4.260 dari sebelumnya Rp 4.010 per saham. Lantas, dividen yield BBNI bisa mencapai 8,78%.
Baca Juga: Simak 9 Emiten yang Masuk Cum Date Dividen pada 19-22 November 2024
Di posisi ketiga ada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Saham bank para wong cilik ini berangkat dari Rp 3.630 dan naik 170 poin atau 4,68% menjadi Rp 3.800 per saham. Bila dihitung, dividen yield-nya cukup tinggi yakni 9,04%.
Posisi terakhir diisi PT Bank Tabungan Negara (Persero) (BBTN). Sahamnya dibuka di harga Rp 825 per saham, naik 55 poin atau 6,67% ke level Rp 880 per saham. Dengan demikian, dividen yield-nya yakni 6,09%.
Adapun, cum date BBRI dan BMRI adalah tanggal 11 April 2025, sedangkan BBNI dan BBTN di tanggal 14 April 2025.
Baca Juga: Catat Ini 10 Emiten yang Masuk Cum Date Dividen Pekan Ini (18-22 November 2024)
Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila menilai, para dividen hunter saat ini dapat mulai mengoleksi sedikit demi sedikit. Saham BBNI dan BMRI kata Indy paling menarik lantaran dividen yield di atas 8%. Sebab, secara PER (price earning ratio) juga masih cukup rendah dibandingkan dengan bank lain.
Namun menurutnya, harga saham keempat bank tersebut masih undervalued sebab berpotensi terkoreksi akibat ketidakpastian ekonomi global saat ini. “Para dividend hunter bisa melakukan trade off juga dalam mengambil momentum dividend,” saran dia saat ditanya Kontan, Kamis (10/4).
Namun khusus BBTN menurut indy kurang menarik lantaran dividen yield yang kurang menggiurkan. “Lalu juga eksposur bisnis besar ke kredit dan arah suku bunga acuan belum jelas,” kata dia.
Baca Juga: Investor Asing Getol Lepas Saham Big Cap Perbankan, Simak Rekomendasi Analis
Selain itu, para dividend hunter juga kata Indy perlu memeriksa fundamental perusahaan terlebih dahulu sehingga bisa menganalisis untuk keperluan jangka panjang dan menentukan target harga yang diinginkan.
“Selain itu juga bisa menggunakan momentum untuk buy on weakness dengan harga bottom atau harga diskon sehingga dengan analisis fundamental bisa sejalan dengan target jangka panjang,” katanya.