Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terus mematangkan niatnya melepas obligasi rekapitalisasi yang berstatus available for sale (AFS). Saat ini, Bank Mandiri sedang memilih investment bank untuk menjadi penasehat keuangan terkait rencana menjual obligasi rekapitalisasi AFS senilai Rp 54 triliun.
"Kami sudah mengundang delapan pihak. Sejauh ini sudah susut menjadi empat. Dalam satu atau dua minggu ke depan, kami akan menentukan, siapa yang terpilih. Ada lokal dan asing," ujar Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala N Mansyuri, Rabu (25/4).
Bank Mandiri menyiapkan tiga strategi melepas obligasi rekapitalisasinya, yakni menjual langsung ke pasar, menjual ke Bank Indonesia untuk digunakan sebagai instrumen moneter, dan meminta pemerintah melakukan buyback.
Nah, pemilihan investment bank tersebut akan membantu Bank Mandiri mengkaji mekanisme penjualan langsung obligasi rekapitalisasi ke pasar. Ada dua mekanisme yang menjadi pertimbangan, yakni obligasi rekapitalisasi AFS saja yang dijual, atau digabungkan dengan aset Bank Mandiri lainnya kepada pihak ketiga (investor).
"Mengenai penggabungan dengan aset lain, saat ini masih dalam tahap awal. Perlu sama-sama dlihat nanti. Bisa saja digabung dengan aset kredit menjadi semacam sekuritisasi. Atau kami jual obligasi rekapitalisasi ke pihak ketiga kemudian meminjam dana valas dari mereka," jelas Pahala.
Dana segar yang diperoleh dari penjualan sekuritisasi tersebut bisa menjadi tambahan likuditas bagi Bank Mandiri untuk disalurkan dalam bentuk kredit. Dari penyaluran kredit tersebut Bank Mandiri bakal memperoleh yield lebih tinggi dibandingkan yang selama ini didapat dari obligasi rekapitalisasi.
Sebagai gambaran, obligasi rekapitalisasi menggunakan acuan SBN dengan yield sekitar 3%. Kalau bisa disalurkan dalam bentuk kredit, misalnya saja kredit korporasi bunganya bisa mencapai 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News