Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Laba bersih perbankan syariah anjlok 52,75% secara year on year (yoy) di bulan Juli 2014. Selain disebabkan masih tingginya biaya dana akibat ketergantungan sumber dana pihak ketiga (DPK) pada deposito, sebagian besar Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) masih dalam tahap pengembangan.
Menurut Rizqullah, Bendahara Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), masih banyak BUS maupun UUS yang tergantung kepada deposito dalam portofolio pendanaan. “Akibatnya biaya dana (cost of fund) yang harus ditanggung perbankan syariah makin besar. Ini tentu menggerus perolehan laba bersih perbankan syariah secara industri,” kata Rizqullah, saat dihubungi KONTAN, Jumat (3/10).
Selain itu, kegiaan bisnis industri perbankan syariah juga belum cukup efisien. Hal ini tak lepas dari fakta sebagian besar BUS maupun UUS masih dalam tahap pengembangan oleh induknya yang merupakan Bank Umum Konvensional. Sehingga biaya operasional yang dihabiskan masih cukup besar. “Ini juga mempengaruhi mengapa perolehan laba bersih belum mampu optimal seperti di Bank Umum Konvensional,” pungkas Rizqullah.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juli 2014, laba bersih BUS maupun UUS mencapai Rp 1,03 triliun. Jumlah tersebut mengalami penurunan cukup besar sebanyak 52,75% secara yoy dibanding laba bersih di akhir Juli 2013 yang mencapai Rp 2,18 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News