Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
Sebagai perbandingan, laporan berkelanjutan BNI di 2022 menyebutkan kredi untuk debitur kategori menengah dan korporasi, yaitu sektor perkebunan kelapa sawit, industri turunan sawit, pertambangan dan perdagangan batu bara, industri pengolahan, industri perdagangan, pulp and paper, konstruksi, dan PLTU meliputi 47% dari seluruh portofolio kredit BNI di kedua segmen tersebut.
“Eksposur terhadap portfolio BNI terhadap batu bara pun juga mungkin akan kita maintain sehingga tidak tumbuh dibandingkan dengan portfolio yang ada sekarang,” ujar David.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiatmadja mengungkapkan bahwa saat ini untuk kredit ke sektor batu baru sifatnya bukan dikurangi. Namun, BCA hanya akan menahan kredit ke sektor tersebut.
Baca Juga: Penyaluran Kredit ke Sektor Batubara Diproyeksi Tetap Membara
“Mungkin ya, nanti kta lihat kebutuhannya,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, ia juga mengungkapkan bahwa pihaknya juga terus berupaya meningkatkan penyaluran kredit yang sifatnya hijau. Di mana, saat ini sudah mencapai sekitar 25% dari total portofolionya.
Tak seperti BNI, BCA tak mencantumkan secara rinci berapa persentase kredit ke sektor batu bara dalam laporan berkelanjutannya. Hanya saja, jika menilik laporan keuangan, kredit ke sektor tambang tercatat mengalami kenaikan di 2023.
Di 2023, kredit ke sektor pertambangan baik itu dalam bentuk rupiah maupun valas senilai Rp 15,27 triliun. Angka tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,90 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News