kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kemampuan bank besar mencetak laba terus meningkat


Minggu, 04 Agustus 2019 / 15:54 WIB
Kemampuan bank besar mencetak laba terus meningkat


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat profitabilitas atau kemampuan bank besar mencetak laba sebagian besar bank menengah atas mengalami peningkatan. Ini tercermin dari rasio Return on Aset (ROA) yang tercatat naik dari di semester I 2019 dibanding dengan periode yang sama tahun lalu.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatatkan kenaikan rasio kemampuan mencetak laba dari asetnya menjadi 3,7% atau tumbuh dari 3,59% dari semester I 2018.

Baca Juga: Berikut prediksi PDB kuartal II 2019 dari sembilan ekonom

PT Bank Mandiri Tbk  (BMRI )menorehkan ROA naik dari 3,04% menjadi 3,08%, PT Bank OCBC Nisp Tbk (NISP) naik dari 2,14% jadi 2,33%, PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) naik dari 1,62% menjadi 2,01%. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan meningkatnya pendapatan operasional masing-masing.

Vera Lim, Direktur Keuangan BCA mengatakan, kenaikan ROA perseroan yang cukup tinggi pada semester I 2019 didukung dengan pertumbuhan laba operasional yang mencapai 23% year on year (yoy) atau lebih tinggi dari pertumbuhan industri.

Hingga akhir tahun, BCA menargetkan ROA tidak lebih dari 3,5%. "Untuk mendukung level ROA, BCA mempertahankan pertumbuhan pendapatan operasional yang solid dengan kenaikan beban operasional yang terkendali," kata Vera pada Kontan.co.id, Jumat (2/8).

Baca Juga: Berhasil tekan biaya operasional, BCA dan OCBC NISP makin berhemat

Sementara Parwati Surjaudaja, President Direktur Bank OCBC Nisp mengatakan pihaknya akan terus menjaga ROA di sekitar level 2%. Kenaikan kemampuan OCBC mencetak laba pada semester I tahun ini didukung pertumbuhan operasional perseroan.

Bank swasta ini berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 1,53 triliun atau tumbuh 15,0% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 1,33 triliun. Pertumbuhan itu terutama ditopang oleh pendapatan non bunga.

Sedangkan pertumbuhan pendapatan bunga perseroan terhitung mini sebesar 2% (yoy) menjadi Rp 3,21 triliun pada akhir Juni 2019.

Pertumbuhan kredit perseroan juga tak besar. Hingga Juni 2019 perseroan menyalurkan kredit Rp 119,25 triliun, tumbuh 1,9% (yoy) dibandingkan Juni 2018 senilai Rp 116,92 triliun.

Namun, pertumbuhan pendapatan operasional OCBC tercatat sebesar 12% (yoy) menjadi Rp 4,16 triliun. Sedangkan pertumbuhan pendapatan operasional lainnnya sebesar 65% (yoy) menjadi Rp 955 miliar.

Baca Juga: Rupiah bisa balik ke bawah Rp 14.000? Ini kata ekonom BCA

Ini juga turut ditopang oleh minimnya beban operasional lainnya yang cuma tumbuh 6% (yoy) menjadi Rp 1,85 triliun.

Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) akan mendorong pertumbuhan portofolio pinjaman yang berkualitas dengan memanfaatkan momentum menguatnya kondisi perekonomian di semester kedua ini agar bisa mengoptimalkan pertumbuhan laba dan ROA.

Belanja pemerintah sebagai salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi diyakini juga akan lebih besar dan optimal sehingga kembali menggairahkan perekonomian nasional.

Baca Juga: Demi menggenggam saham LinkAja, BRI dan BNI ramai-ramai suntik anak usaha

"Di sisi lain, tren menurunnya suku bunga acuan BI diharapkan dapat menekan biaya bunga seiring harapan membaiknya likuiditas perbankan," kata Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo.

Sementara pada semester I 2019, BNI menjadi salah satu bank yang mengalami penurunan profitabilitas. ROA perseroan turun menjadi 2,44% dari 2,7% dari periode yang sama tahun lalu.

Anggoro bilang, penurunan itu terjadi akibat meningkatnya pertumbuhan biaya dana BNI (cost of fund) dari 2,8% di 2018 menjadi 3,2% di semester kedua 2019 yang kemudian menyebabkan tertahannya pertumbuhan laba sehingga ROA pun jadi melambat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×