kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemampuan Bank Mencetak Laba Kian Tinggi, Ini Jawaranya


Rabu, 15 November 2023 / 18:18 WIB
Kemampuan Bank Mencetak Laba Kian Tinggi, Ini Jawaranya
ILUSTRASI. Hingga periode September 2023, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan rasio RoE yang paling tinggi.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menutup sembilan bulan pertama tahun 2023, perbankan kian menunjukkan taji-nya dalam hal kemampuan mencetak laba. Ini tercermin dari rasio profitabilitas yakni return one equity (RoE) yang terus tumbuh hingga periode tersebut.

RoE perbankan adalah indikator kinerja perusahaan dengan membandingkan laba bersih dan total modal. Biasanya, ini dilakukan investor untuk menghitung kemampuan bank untuk mencatatkan laba yang erat kaitannya dengan dividen yang bakal didapat.

Hingga periode September 2023, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan rasio RoE yang paling tinggi. Meskipun, laba yang dicatatkan masih kalah dengan beberapa bank milik negara seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

BCA mencatat RoE di periode Januari 2023 hingga September 2023 berada di level 23.50%. Di periode sama tahun lalu, rasio RoE dari BCA tercatat di level 20.60% atau naik 209 basis poin.

Sepanjang tiga kuartal di 2023 ini, BCA mampu mencatatkan laba sebesar Rp 36,4 triliun atau naik 25,8% secara tahunan (YoY). Capaian tersebut menempatkan dirinya di posisi ketiga dengan laba terbesar di tanah air.

Baca Juga: Aksi Korporasi Perbankan Diproyeksi Ramai Jelang Akhir Tahun

Lebih lanjut, Bank Mandiri  tercatat menjadi penghasil laba bersih kedua terbesar dibanding jumlah modalnya. Bank berlogo pita emas ini mencatat RoE yang dimiliki ada di level 22,7%, meningkar 245 basis poin.

Peningkatan RoE tersebut didorong oleh peningkatan laba bersih yang naik hingga 27,4% YoY menjadi Rp 39,06 triliun. Pertumbuhan laba tersebut menjadi yang terbesar di industri perbankan pada periode tersebut.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha bilang pencapaian tersebut merupakan hasil dari implementasi strategi berkelanjutan yang dimiliki Bank Mandiri selama ini.

Ini terlihat dari efektivitas biaya operasional dalam rasio CIR konsolidasi yang turun 228 basis poin secara YoY menjadi 38,1%. Di sisi lain, rasio cost of credit juga turun 50 basis poin menjadi 0,96%.

Oleh karenanya, Rudi optimistis dapat melanjutkan kinerja yang baik di tahun 2023 dengan fokus menggarap peluang ekosistem nasabah terutama di sektor-sektor potensial.

“Tentu didukung oleh digitalisasi yang menyeluruh pada bisnis Bank Mandiri,” ujarnya.

BRI yang memiliki laba terbesar yang mencapai Rp 43,99 triliun barulah menempati posisi RoE terbesar ketiga. Di mana, RoE nya berada di level 19,69%, naik tipis dari periode sama tahun lalu yang berada di level 18,16%.

 

Tak mau kalah dengan sesama bank pelat merah lainnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menyusul untuk menempati posisi RoE terbesar keempat. RoE bank berlogo 46 ini berada di level 15.50%.

Menutup posisi lima besar, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) menjadi wakil kedua bank swasta yang memiliki rasio RoE besar. Menariknya, CIMB Niaga menjadi bank yang paling cepat dalam hal pertumbuhan RoE dibandingkan bank lainnya yang masuk posisi lima besar.

CIMB Niaga mencatat RoE berada di level 15.40% per periode September 2023. Angkanya meningkat 250 basis poin dibandingkan periode sama di tahun lalu.

Baca Juga: Aturan Transparansi Suku Bunga Tak Bakal Pengaruhi Pengendalian NIM Perbankan

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan pun optimistis RoE ini masih akan terus tumbuh hingga akhir tahun. Di mana, target akhir tahunnya untuk RoE bisa berada di kisaran 14% hingga 16%.

Lani bilang capaian tersebut didukung oleh CIR yang lebih rendah. Dalam periode yang sama, CIR bank miliki investor asal Malaysia ini ada di level 66,7%, turun dari periode Januari 2022 hingga September 2022 yang ada di level 67,7%.

“Sebagian berasal dari digitalisasi sehingga cost per account dan per transaksi menurun serta pertumbuhan balance sheet yang sehat,” ujar Lani.

Hanya saja, Lani mengungkapkan ada tantangan terbesar terkait RoE ini terkait kemungkinan NIM yang turun. Mengingat, biaya DPK saat ini masih tergolong tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×