Reporter: Adrianus Octaviano, Arif Ferdianto, Ferry Saputra, Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai sebuah lembaga, usia holding ultra mikro (UMi) memang masih terbilang balita alias di bawah lima tahun. Namun, kemampuan holding ultra mikro dalam menjalankan perannya sebagai lembaga penyalur pembiayaan ke segmen usaha ultra mikro tak bisa dipandang sebelah mata.
Sejak resmi dibentuk pemerintah pada September 2021, lembaga pembiayaan yang terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Penanaman Modal Mandiri (PNM) dan PT Pegadaian ini, berhasil menunjukkan kinerja mengesankan. Ini tercemin dari terus meningkatnya pembiayaan holding ultra mikro.
Tengok saja, hingga September 2023, total outstanding kredit atau pembiayaan holding ultra mikro telah mencapai Rp 590,7 triliun, atau naik 11,6% secara tahunan. Jumlah nasabah holding ultra mikro juga terus bertambah. Per September 2023, holding ultra mikro telah memiliki nasabah sebanyak 36,6 juta atau tumbuh 8,2% secara tahunan.
Baca Juga: Holding Ultra Mikro Akan Jaring Nasabah Baru 8,4 Juta Lagi Hingga 2024
Tentu, sebagai induk holding, Bank BRI memberikan kontribusi terbesar dalam penyaluran pembiayaan ultra mikro. Di periode serupa, kredit ultra mikro BRI mencapai Rp 479,9 triliun, naik 10,9% secara tahunan. Jumlah nasabah UMi BRI juga tumbuh. Per September 2023, BRI menyumbang 14,2 juta nasabah UMi, tumbuh 2,3% secara tahunan.
Pertumbuhan pembiayaan BRI ke segmen UMi sudah terlihat pada tahun pertama holding ultra mikro beroperasi. Pada 2021, pembiayaan ultra mikro BRI sudah tembus Rp 397 triliun, naik 12,9% secara tahunan. Pertumbuhan ini berlanjut pada 2022, dimana penyaluran kredit ultra mikro BRI mencapai Rp 449,6 triliun, naik 13% secara tahunan.
Sejalan dengan pertumbuhan ultra mikro, kinerja BRI semakin melesat. Per September 2023, BRI menyalurkan kredit di periode ini mencapai Rp 1.250,72 triliun atau naik 12,53% secara tahunan. Segmen UMKM masih mendominasi kontribusi kredit dengan porsi 83,06% atau senilai Rp 1.038,9 triliun.
Alhasil, per September 2023, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik mencapai Rp 43,9 triliun, tumbuh 12,27% secara tahunan. Laba tersebut ditopang oleh pertumbuhan dari pos pendapatan bunga bersih sebesar Rp 101,19 triliun dari Rp 96,5 triliun per September 2022.
Tak mau kalah dengan sang induk, penyaluran pembiayaan PNM ke segmen ultra mikro juga terus melonjak. Pembiayaan ultra mikro di PNM dilayani melalui produk Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar). Produk Mekaar menargetkan pembiayaan kepada masyarakat prasejahtera dengan pendapatan di bawah Rp 800.000 per bulan.
Sampai September 2023, PNM telah menyalurkan pembiayaan ultra mikro senilai Rp 41,16 triliun, naik dari Rp 38,44 triliun di sepanjang tahun 2022. Pembiayaan tersebut disalurkan kepada lebih dari 15 juta juta nasabah PNM Mekaar aktif. Artinya, dari sisi nasabah, PNM menjadi penyedia pinjaman terbesar di holding ultra mikro.
Pembiayaan ultra mikro PNM juga terus tumbuh. Di sepanjang 2021, misalnya, jumlah pembiayaan PNM Mekaar baru mencapai Rp 49,4 triliun. Namun, pada 2022, pembiayaannya melejit jadi Rp 64,1 triliun. "Pada 2021, jumlah nasabah UMi PNM 7 juta, lalu naik jadi 13 juta nasabah pada 2022," kata Dodot Patria Ary, Sekretaris Perusahan PNM.
Moncernya pembiayaan UMi ikut menopang kinerja PNM di kuartal III-2023. Di sepanjang sembilan bulan tahun ini, PNM membukukan laba Rp 1,2 triliun, naik 64,3% secara tahunan. Pertumbuhan laba didorong pendapatan bunga sebesar 22,53% secara tahunan menjadi Rp 8,77 triliun per September 2023 dari Rp 7,17 triliun di September 2022.
Setali tiga uang, pada kuartal III-2023, Pegadaian mencetak kenaikan laba bersih 35,52% secara tahunan menjadi Rp 3,2 triliun, dengan jumlah nasabah tumbuh 10,88% menjadi 23,5 juta nasabah. Alhasil, penyaluran pinjaman (omzet) pembiayaan tumbuh 14,81% secara tahunan menjadi Rp 150,0 triliun pada kuartal III-2023.
Direktur Utama PT Pegadaian, Damar Latri Setiawan mengatakan, pencapaian tersebut turut dihasilkan dari kinerja holding ultra mikro. "Melalui holding BUMN Ultra Mikro, Pegadaian berhasil mendorong bisnis pembiayaan mikro lewat produk gadai maupun investasi lewat produk non-gadai," katanya.
Damar menjelaskan, sejak bergabung menjadi holding ultra mikro, Pegadaian bisa mengembangkan UMKM. "Kami juga turut dalam menyalurkan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) BRI untuk mendukung UMKM Indonesia naik kelas," imbuh dia.
Sekretaris Perusahaan PT Pegadaian, Yudi Sadono menjelaskan, sejak bergabung menjadi anggota holding ultra mikro, kinerja perusahaan semakin kinclong. Dari sisi aset misalnya, sebelum bergabung tepatnya di tahun 2021 sebesar Rp 65,8 triliun, sementara sesudah bergabung hingga September 2023 mencapai Rp 80,7 triliun.
Sementara dari sisi outstanding loan (OSL) Pegadaian juga tampak meningkat dari Rp 52,4 triliun di tahun 2021, menjadi Rp 65,6 triliun di September 2023. Jumlah nasabah juga tumbuh, dari 19,7 juta pada 2021 menjadi 23,5 juta nasabah per September 2023.
Baca Juga: Dengan Holding Ultra Mikro, Pengusaha Kecil Tak Takut Bisnis KO
Sunarso, Direktur Utama BRI mengatakan, Holding UMi merupakan sumber pertumbuhan baru yang sangat memadai. Sebab, sumber pertumbuhan mengarah ke segmen yang lebih bawah. "Di bawah itu yang kami sebut ultra mikro masih sangat melimpah sumber pertumbuhannya," tandas Sunarso.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News