Reporter: Adrianus Octaviano, Harris Hadinata, Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal
KONTAN.CO.ID - Pada 13 September 2023 lalu, Holding Ultra Mikro (UMi) merayakan ulang tahun ke-2 pembentukannya. Dalam dua tahun perjalanannya ini, perusahaan gabungan dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) ini tumbuh pesat.
Per Juni 2023, Holding UMi telah mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 577,9 triliun. Holding UMi juga telah melayani sekitar 36 juta nasabah mikro dan ultra mikro.
Angka ini sudah lebih besar ketimbang target pemerintah kala pertama membentuk Holding UMi. Dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR yang membahas pembentukan Holding UMi di Februari 2021 silam, Menteri Keuangan Sri Mulyani memasang target holding ini dapat menjangkau 29 juta usaha kecil di 2024, naik dari 15 juta di 2021.
Baca Juga: Kinerja Holding Ultra Mikro Semakin Kokoh
Pembentukan holding ultra mikro ini juga mendorong kinerja perusahaan-perusahaan yang menjadi bagian dari holding ini. Ambil contoh di BRI. Bank yang melepas sahamnya di bursa dengan kode BBRI ini memperoleh dana simpanan nasabah Rp 309 triliun dari segmen mikro dan ultra mikro.
Holding UMi juga getol melakukan transformasi digital, mengikuti tren saat ini. Di Oktober ini, Holding UMi meluncurkan aplikasi SenyuM Mobile. Dengan adanya aplikasi ini, nasabah diharapkan bisa lebih mudah mengakses berbagai layanan ultra mikro yang disediakan Holding.
“BRI sebagai induk dari Holding Ultra Mikro terus menjalankan transformasi sebagai batu pijakan penting dalam pengembangan segmen UMKM, utamanya usaha ultra mikro di Indonesia,” papar Sunarso, Direktur Utama BRI.
Terbitkan PP
Rencana pembentukan holding badan usaha milik negara (BUMN) yang melayani segmen ultra mikro ini mulai didengungkan sejak awal 2020 silam. Kementerian BUMN kala itu mendorong BRI, Pegadaian dan PNM melakukan sinergi.
Ketiga perusahaan pelat merah ini sama-sama mendapatkan amanat untuk menyalurkan pembiayaan mikro. Awalnya, pemerintah menargetkan pembentukan holding bisa terlaksana di semester pertama 2020.
Namun, kala itu, Kementerian BUMN juga sedang sibuk menyusun peta jalan BUMN di Indonesia. Pemerintah akhirnya baru mengumumkan rencana konsolidasi BUMN ke dalam berbagai holding di Desember 2020. Ini termasuk holding ultra mikro.
Pembentukan Holding UMi dilakukan dengan cara inbreng. Kala itu, BRI melakukan rights issue. Pemerintah masuk dalam rights issue ini dengan menyerahkan seluruh saham seri B milik negara di PNM dan Pegadaian.
Dengan cara ini, pemerintah tetap mempertahankan porsi kepemilikan saham di BRI sebesar 56,75%. Sementara BRI mengambil alih saham PNM dan Pegadaian yang semula dimiliki pemerintah. “Dari partisipasi ini, kami menyerahkan PNM dan Pegadaian ke BRI,” kata Sri Mulyani, Menteri Keuangan, saat itu.
Untuk memuluskan pembentukan Holding UMi, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73/2021 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bank Rakyat Indonesia. Presiden Joko Widodo meneken aturan ini pada 2 Juli 2021.
Holding UMi akhirnya resmi terbentuk pada 13 September 2021, setelah Kementerian BUMN, BRI, PNM dan Pegadaian menandatangani Perjanjian Pengalihan Saham. Nilai pengalihan saham negara kepada BRI tersebut mencapai Rp 54,7 triliun.
Di awal pembentukan, Holding UMi menargetkan bisa memiliki 100 unit kerja co-location di akhir 2021, untuk melayani nasabah mikro dan ultra mikro. Per Juni 2023, jumlah outlet co-location sudah mencapai 1.013 unit. "Kami ingin melayani masyarakat sebanyak mungkin, dengan seefisien mungkin. Jadi, masyarakat bisa dapat layanan dengan biaya murah," ujar Sunarso.
Baca Juga: Kenalan dengan Penyalur Pembiayaan Ultra Mikro
Pada tahun 2024, holding ultra mikro menargetkan bisa melayani 45 juta nasabah. Pasalnya, masih banyak pelaku usaha ultra mikro yang belum mendapatkan pembiayaan dari sektor formal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News