Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
Beberapa faktor utama, antara lain kebutuhan pendanaan sesuai dengan rencana bisnis, kondisi likuiditas internal, serta situasi dan sentimen pasar keuangan yang berkembang.
Ia menambahkan Bank Mandiri juga selalu menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku. “Pendekatan ini dilakukan untuk menjaga struktur pendanaan yang sehat dan mendukung ekspansi bisnis berkelanjutan perseroan ke depan,” ujarnya.
Adapun, Bank Mandiri juga memiliki surat utang yang akan jatuh tempo pada Mei 2025. Nilai obligasi dari surat utang yang akan jatuh tempo tersebut senilai Rp 350 miliar.
Baca Juga: Bantu Likuiditas, Penerbitan Obligasi Bisa Jadi Pilihan Perbankan
“Memasuki tahun 2025, Bank Mandiri optimis terhadap kemampuan likuiditasnya dalam memenuhi kewajiban, termasuk pelunasan obligasi,” tambahnya.
Direktur Keuangan BTN Nofry Rony bilang saat ini sejatinya memiliki rencana untuk melakukan penerbitan obligasi. Tak hanya obligasi dalam bentuk valuta rupiah tetapi juga valuta asing.
Hanya saja, Nofry mengisyaratkan tidak akan terburu-buru dalam menerbitkan surat utang. Ia melihat perlu memperhatikan juga sektor eksternal sebelum menerbitkan obligasi. “Penerbitan akan dilakukan dengan tetap memperhatikan kondisi makro ekonomi secara keseluruhan,” ujarnya.
Sama halnya dengan Bank Mandiri, BTN juga memiliki obligasi jatuh tempo pada Mei 2025 dengan nilai Rp 600 miliar. Nofry juga menegaskan BTN memiliki likuiditas yang mencukupi untuk melunasi tersebut.
Selanjutnya: Cek Rekomendasi Teknikal BRIS, ANTM, dan ADRO untuk Perdagangan Rabu (16/4)
Menarik Dibaca: Rawat Mata Tetap Sehat, JEC Hadirkan One-Stop Service untuk Kesehatan Mata Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News