Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Selain sektor korporasi, kredit konsumer juga masih tercatat tumbuh posiitf 7,3% yoy dari Rp 80,1 triliun di kuartal I 2019 menjadi Rp 85,98 triliun di akhir Maret 2020. Kredit konsumer antara lain didorong kenaikan kredit kepegawaian atau payroll loan yang naik 13,4% yoy.
Meski terpantau positif sampai dengan Maret 2020, Putrama mengatakan pihaknya akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit.
Baca Juga: Hartadinata (HRTA) terbitkan obligasi tahap II Rp 400 miliar
"Ke depan, BNI melihat pentingnya mengantisipasi potensi tekanan pada likuiditas, yang dipengaruhi oleh adanya penundaan pembayaran angsuran pokok dan pembayaran bunga dari debitur karena bisnisnya terpengaruh COVID-19, serta tekanan capital outflow dan potensi melemahnya ekspor," ungkapnya.
Akibatnya, pertumbuhan kredit bank berlogo 46 ini pun hanya dipatok konservatif yakni 2%-4% saja sepanjang tahun 2020. Jauh lebih rendah dibandingkan target yang dipasang pada awal tahun sebesar 10%-12% yoy.
Adapun, dalam yang kondisi sangat menantang seperti ini, likuiditas BNI akan tetap dikelola secara prudent, seperti tercermin pada indikator atau rasio-rasio likuiditas yang seluruhnya telah sesuai dengan ketentuan regulator dan risk appetite internal.
Baca Juga: IHSG menguat 0,83% di akhir perdagangan setelah pengumuman suku bunga BI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News