Reporter: Nina Dwiantika |
JAKARTA. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kembali mencatat kenaikan kredit menengah dan korporasi di kuartal II-2012. Pada kuartal sebelumnya, kedua segmen tersebut melambat. Kredit menengah menyusut 3,9% menjadi Rp 13,29 triliun, sedangkan kredit korporasi turun 2,6% menjadi Rp 24,37 triliun. Penurunan ini lantaran rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di segmen tersebut meningkat menjadi 3,75%.
Direktur Keuangan BRI, Achmad Baiquni, mengatakan perseroan sudah mulai mengucurkan lagi kredit menengah, karena kredit bermasalah sudah mulai teratasi. "Rasio NPL terus menurun dari sebesar 3% pada kuartal I lalu," kata Baiquni, usai paparan kinerja, Jumat pekan lalu. Sayang, Ia enggan menyampaikan rasio NPL kredit menengah dan korporasi pada kuartal II.
Meski sudah tumbuh lagi, kata Baiquni, kredit menengah hanya naik tipis, yakni 0,07% menjadi Rp 14,03 triliun per Juni 2012 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 14,02 triliun. Artinya terjadi kenaikan sekitar Rp 30 miliar.
Penyaluran kredit menengah tidak langsung melesat, karena perseroan cenderung selektif memilih dan menyeleksi debitur. "Setelah berhasil menangani NPL kredit menengah kami mulai berekspansi," tambah Baiquni.
Menipisnya kenaikan itu menyebabkan kontribusi kredit menengah ke total portfolio kredit BRI berkurang, dari 4,69% pada kuartal I 2012 menjadi 4,6% pada kuartal berikutnya. Tahun 2011, porsinya masih 5,56%.
Di BRI, segmen kredit dengan plafon Rp 5 miliar ini terbilang sangat kecil. Tak ada apa-apanya dibandingkan dengan kredit lain, seperti ritel yang mencapai 39% dan mikro sekitar 31%.
Dibandingkan kredit menengah, kredit korporasi melesat lebih cepat. Setahun terakhir (year on year/yoy), kredit ini tumbuh 37% menjadi Rp 27,91 triliun per Juni 2012. Sedangkan porsi kredit menanjak menjadi 9,16% dibandingkan periode sebelumnya, di angka 7,61%.
Sebelumnya, BRI mengerem kredit korporasi karena mengurangi pemberian pinjaman ke perusahaan non- BUMN. Manajemen menilai, perusahaan swasta kurang mendorong pertumbuhan kredit pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
BRI bersedia memberikan kredit ke perusahaan swasta, sepanjang mereka mau menggerakkan UMKM, seperti sektor agribisnis, perikanan, dan kelapa sawit. Caranya, mereka menerapkan pola kerjasama semacam inti plasma. Jadi, kredit dari BRI juga menetes ke bawah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News