Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejalan dengan tren industri, bank-bank bermodal mini di jajaran kelompok bank bermodal inti (KBMI) I turut mencatatkan pertumbuhan kredit yang moderat. Dalam kondisi ini, bank nampaknya lebih fokus menjaga kualitas kredit untuk menekan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL).
Mengingatkan kembali, Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit pada November 2025 tumbuh 7,74% secara tahunan (year-on-year/YoY). Sebagai perbandingan, pada November 2024 pertumbuhannya lebih pesat mencapai 10,79% YoY.
Sejalan dengan itu, pertumbuhan kredit bank-bank kecil terpantau terbatas, sejumlah bank malah tak berhasil mencetak pertumbuhan. Pun, situasi itu diperparah dengan peningkatan NPL.
Kondisi itu turut dialami Bank Sahabat Sampoerna. Hingga November 2025, outstanding kredit bank tercatat sebanyak Rp 11,20 triliun, lebih kecil dari nilai Rp 12,42 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: OJK Optimistis Bank Bermodal Kecil Tetap Tumbuh, Konsolidasi Jadi Kunci pada 2026
Melihat kualitasnya, NPL gross bank justru terpantau meningkat. Per September 2025, posisinya ada di 4,12%, naik dari level 3,84% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kualitas kredit yang kian mengkhawatirkan juga dialami Bank of India Indonesia. Per November 2025, NPL bank ini berada di level tinggi 6,12%. Posisi tersebut meningkat dari level 6,02% pada Desember 2024.
Namun, kinerja kredit Bank of India Indonesia masih berhasil tumbuh, dengan penyaluran sebanyak Rp 4,18 triliun dalam sebelas bulan ini atau tumbuh 5,52% YoY.
Direktur Keuangan Bank of India Indonesia Rahmat Hendratama menyebut, pada dasarnya pertumbuhan kredit yang terbatas memang sejalan dengan permintaan industri yang melemah.
“Utilisasi dari kredit di bank juga sangat rendah dibanding fasilitas yang sudah disetujui,” sebut Rahmat dalam paparan publik belum lama ini.
Untuk mengamankan posisi kredit, bank memilih menambah biaya pencadangan (impairment). Pada November 2025, nilainya naik jadi Rp 116,65 miliar dari Rp 93,90 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada gilirannya, itu menekan profitabilitas bank. Yang mana laba bersih tahun berjalannya susut menjadi Rp 32,95 miliar, dari posisi Rp 70,68 miliar tahun sebelumnya.
Dari sisi bank digital, Bank Neo Commerce juga nampak belum mampu menumbuhkan kredit. Per Oktober 2025, penyaluran kredit bank turun 13,95% YoY menjadi Rp 7,4 triliun.
Baca Juga: Tak Hanya Bank Besar, Analis Soroti Portofolio Kredit UMKM Bank Skala Kecil
Namun begitu, Head of Corporate Planning & Investor Relations Bank Neo Commerce Christyanti Angganingrum bilang kinerja kredit tahun ini sesungguhnya berkaitan dengan manajemen risiko yang tengah diterapkan bank.
“Penurunan ini terjadi karena bank mengurangi porsi kredit dengan imbal hasil tinggi (high yielding loans) dan menggantinya dengan kredit berimbal hasil lebih rendah (low yielding loans) sebagai bagian dari pengetatan manajemen risiko,” jelas Christyanti.
Dengan begitu, ia bilang dalam periode ini bank berhasil menyeret turun level NPL jadi 2,89% dari posisi 3,74% sebelumnya.
Di luar itu, masih ada pula bank di jajaran KBMI I yang berhasil mencetak pertumbuhan kredit yang memuaskan, salah satunya Krom Bank. Per November 2025, outstanding kredit Krom Bank mencapai Rp 8,40 triliun, terbang dari posisi Rp 3,80 triliun pada tahun sebelumnya.
Presiden Direktur Krom Bank Indonesia Anton Hermawan pun optimistis dapat meningkatkan penyaluran kredit secara selektif dan berkualitas, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Baca Juga: BNI Beberkan Penyebab NPL Kredit UMKM Turun di Kuartal III-2025
“Sektor prioritas seperti UMKM, konsumsi produktif, serta pembiayaan retail akan menjadi fokus utama,” ujar Anton kepada Kontan.
Di tengah masifnya penyaluran itu, bank juga berhasil menjaga kualitas kredit dengan NPL gross di level 2,64% per September 2025, turun tipis dari level 2,70% pada tahun sebelumnya.
Sebelumnya Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menyebut, target pertumbuhan kredit perbankan pada rencana bisnis (RBB) memang telah disesuaikan dengan kondisi perekonomian global dan domestik yang saat ini masih penuh dinamika.
Namun begitu, OJK melihat pertumbuhan kredit tahun 2026 mendatang bakal sedikit lebih baik dari tahun ini.
“Ruang penurunan suku bunga global dan domestik masih tersedia di tahun depan sehingga diharapkan berdampak positif pada ketersediaan likuiditas dan membantu perbankan menyalurkan kredit,” ujar Dian.
Baca Juga: BRI Catat Rasio NPL pada Level 3,08% per Kuartal III-2025
Selanjutnya: Rupiah Masih Dibayangi Volatilitas, Meski Indeks Dolar AS Melemah
Menarik Dibaca: Bye Dompet Tebal, Simak Tips Liburan Cashless yang Praktis ala DANA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












