Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga awal kuartal III-2019, pertumbuhan kredit industri terpantau melambat dari 9,9% di bulan Juni 2019 menjadi hanya naik 9,7% saja di bulan Juli 2019. Meski begitu, dalam analisis uang beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI) berdasarkan jenis kreditnya terpantau kredit investasi masih tumbuh tinggi.
Per Juli 2019, kredit investasi meningkat 13,8% yoy menjadi Rp 1.397,9 triliun. Realisasi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan jenis kredit lain seperti kredit modal kerja (KMK) yang hanya tumbuh 8,9% dan kredit konsumsi yang naik 7,3% pada periode Juli 2019.
Menurut analisanya, pertumbuhan kredit investasi disumbang dari sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan. Memang, kredit di sektor listrik, gas dan air terpantau naik 39% yoy sedangkan sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan mencatatkan kenaikan 10,3%.
Sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id mengamini hal tersebut. Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha mengatakan walau secara porsi masih kecil, kredit investasi tumbuh paling deras.
Baca Juga: Bankir cermati penyaluran kredit ke pengembang
Untuk awal kuartal III 2019 ini saja, Ferdian menyebut kredit investasi sudah naik 25,42% secara year to date (ytd).
Menurutnya, sektor yang menyumbang pertumbuhan paling tinggi yakni infrastruktur jalan tol, jasa pendidikan dan jasa kesehatan. "Sampai akhir tahun, kredit investasi diproyeksikan masih akan bertambah pertumbuhannya," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (2/9).
Meski begitu, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja menyebut kalau secara rata-rata di awal kuartal III 2019 pertumbuhan kredit memang belum terlalu deras. "Kredit secara umum belum ada yang tumbuh tinggi, cenderung flat," katanya.
Senada, Direktur Perbankan Syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk Pandji P. Djajanegara menjelaskan pertumbuhan kredit di kuartal III memang belum akan terlalu deras.
Hal ini tak lain disebabkan oleh permintaan kredit yang masih lesu, dan pasar yang terkena dampak perlambatan ekonomi secara global.
Namun, Pandji tidak menampik bahwa dibandingkan dengan jenis kredit lainnya, kredit investasi tumbuh paling tinggi. "Ini karena ada banyak kredit sindikasi, terutama untuk program pemerintah," ujarnya.
Baca Juga: NPL naik, begini alasan dan upaya perbaikan BTN
Lebih lanjut, Pandji melanjutkan pertumbuhan pembiayaan akan mulai deras di kuartal IV-2019, terutama kredit infrastruktur dan kredit investasi. "Untuk syariah saja kredit Rp 28 triliun per Juni 2019, tapi Desember akan mencapai Rp 34,5 triliun pembiayaan pasti tercapai akhir tahun atau tumbuh 30% year on year," terangnya.
Sementara itu, Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Winang Budoyo menilai seharusnya kredit di kuartal III 2019 penyaluran kredit mulai kencang. Sebab secara umum, perusahaan banyak melakukan penghimpunan belanja modal di kuartal II.
"Melambatnya kredit di bulan Juli, kelihatannya berkaitan dengan likuiditas di perbankan juga," terangnya.
Menurut kacamata Winang, saat ini banyak perusahaan atau debitur besar yang masih mengambil ancang-ancang untuk melakukan pinjaman kredit sekaligus menjaga arus kas.
Namun, melihat kondisi likuiditas yang menunjukkan tren pelonggaran, ia meyakini target pertumbuhan kredit sebesar 10%-12% secara industri dapat tercapai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News