Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit ke sektor konstruksi sampai dengan Juli 2018 tercatat masih melejit. Kendati kondisi suku bunga tengah mengalami tren peningkatan, ditambah siklus ekonomi yang belum stabil.
Sejumlah bank mengaku, permintaan kredit ke sektor konstruksi masih cukup deras. Benar saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) mencatatkan pada bulan Juli 2018 lalu total kredit konstruksi mencapai Rp 282,39 triliun.
Jumlah tersebut meningkat sebesar 18,56% dari posisi pada periode Juli 2018 sebesar Rp 238,16 triliun. Sejalan dengan pertumbuhan kredit, sektor ini juga mencatat rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) yang cukup tinggi. Per Juli 2018 posisi NPL sektor ini tercatat sebesar 4,33%.
Bila dibandingkan dengan posisi pada bulan Juli 2018 lalu, NPL sektor konstruksi memang tercatat meningkat dari 3,76% atau tumbuh 57 basis poin.
Salah satu bank yang mengandalkan kredit konstruksi sebagai mesin pendorong kredit komersial yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menyebut permintaan kredit konstruksi masih tinggi.
Oni Febrianto, Direktur Komersial BTN mengungkapkan secara persentase sampai dengan Agustus 2018 kredit konstruksi BTN sudah tumbuh di kisaran 10% sampai 15% secara yoy.
"Konstruksi saat ini tumbuh 10% sampai 15%, tantangan konstruksi saat ini terutama adanya model cash bertahap untuk kepemilikan rumah atau apartemen," katanya kepada Kontan.co.id saat ditemui di Jakarta, Sabtu (22/9).
Lebih lanjut, Oni menjelaskan guna mendorong lebih kencang penyaluran kredit konstruksi, BTN kini sudah menggandeng sejumlah perusahaan BUMN.
Sebut saja di antaranya, PT Permodalan Nasional Madani (PNM), PT Angkasa Pura II dan beberapa BUMN lainnya. Wajar saja, bank kode emiten BBTN ini memasang target kredit konstruksi cukup tinggi yaitu mencapai 18% pada akhir tahun 2018.
Namun, dalam penyalurannya BTN memang masih berfokus dalam konstruksi perumahan dan Apartemen. Tak jauh berbeda dengan NPL konstruksi secara industri, Oni mengungkapkan NPL konstruksi perseroan ada di kisaran 4% sampai 5%.
Menurutnya, masih tingginya tingkat NPL sektor ini antara lain ada beberapa proyek yang telat membayar. Salah satunya kredit konstruksi Apartemen yang sejauh ini peminatnya sedikit menurun.
"Kebanyakan Apartemen, dan memang permintaannya lagi turun dan pembangunannya terhambat. Jadi, mereka mulai nunggak," sambungnya.
Kendati demikian, perseroan ini meyakini kredit konstruksi masih memiliki prospek cerah ke depan. Lantaran, permintaan kredit khususnya untuk hunian masih sangat tinggi.
Sebagai tambahan informasi saja, berdasarkan laporan keuangan bulan Juli 2018 (unaudited) BTN membukukan realisasi kredit sebesar Rp 213,5 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 19,55% secara yoy dari pencapaian pada periode tahun sebelumnya Rp 178,58 triliun.