kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit konstruksi perbankan masih menggeliat


Minggu, 23 September 2018 / 16:15 WIB
Kredit konstruksi perbankan masih menggeliat
ILUSTRASI. PERLINDUNGAN PEKERJA RENTAN


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit ke sektor konstruksi sampai dengan Juli 2018 tercatat masih melejit. Kendati kondisi suku bunga tengah mengalami tren peningkatan, ditambah siklus ekonomi yang belum stabil.

Sejumlah bank mengaku, permintaan kredit ke sektor konstruksi masih cukup deras. Benar saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) mencatatkan pada bulan Juli 2018 lalu total kredit konstruksi mencapai Rp 282,39 triliun.

Jumlah tersebut meningkat sebesar 18,56% dari posisi pada periode Juli 2018 sebesar Rp 238,16 triliun. Sejalan dengan pertumbuhan kredit, sektor ini juga mencatat rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) yang cukup tinggi. Per Juli 2018 posisi NPL sektor ini tercatat sebesar 4,33%.

Bila dibandingkan dengan posisi pada bulan Juli 2018 lalu, NPL sektor konstruksi memang tercatat meningkat dari 3,76% atau tumbuh 57 basis poin.

Salah satu bank yang mengandalkan kredit konstruksi sebagai mesin pendorong kredit komersial yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menyebut permintaan kredit konstruksi masih tinggi.

Oni Febrianto, Direktur Komersial BTN mengungkapkan secara persentase sampai dengan Agustus 2018 kredit konstruksi BTN sudah tumbuh di kisaran 10% sampai 15% secara yoy.

"Konstruksi saat ini tumbuh 10% sampai 15%, tantangan konstruksi saat ini terutama adanya model cash bertahap untuk kepemilikan rumah atau apartemen," katanya kepada Kontan.co.id saat ditemui di Jakarta, Sabtu (22/9).

Lebih lanjut, Oni menjelaskan guna mendorong lebih kencang penyaluran kredit konstruksi, BTN kini sudah menggandeng sejumlah perusahaan BUMN.

Sebut saja di antaranya, PT Permodalan Nasional Madani (PNM), PT Angkasa Pura II dan beberapa BUMN lainnya. Wajar saja, bank kode emiten BBTN ini memasang target kredit konstruksi cukup tinggi yaitu mencapai 18% pada akhir tahun 2018.

Namun, dalam penyalurannya BTN memang masih berfokus dalam konstruksi perumahan dan Apartemen. Tak jauh berbeda dengan NPL konstruksi secara industri, Oni mengungkapkan NPL konstruksi perseroan ada di kisaran 4% sampai 5%.

Menurutnya, masih tingginya tingkat NPL sektor ini antara lain ada beberapa proyek yang telat membayar. Salah satunya kredit konstruksi Apartemen yang sejauh ini peminatnya sedikit menurun.

"Kebanyakan Apartemen, dan memang permintaannya lagi turun dan pembangunannya terhambat. Jadi, mereka mulai nunggak," sambungnya.

Kendati demikian, perseroan ini meyakini kredit konstruksi masih memiliki prospek cerah ke depan. Lantaran, permintaan kredit khususnya untuk hunian masih sangat tinggi.

Sebagai tambahan informasi saja, berdasarkan laporan keuangan bulan Juli 2018 (unaudited) BTN membukukan realisasi kredit sebesar Rp 213,5 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 19,55% secara yoy dari pencapaian pada periode tahun sebelumnya Rp 178,58 triliun.

Berbeda dengan BTN, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) mengatakan kredit konstruksi perseroan masih belum sederas industri.

Wajar saja, bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini tidak menjadikan kredit konstruksi sebagai andalan pertumbuhan kredit. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha menuturkan sampai dengan Agustus 2018 kredit konstruksi Bank Jatim baru tumbuh 4,57% secara year on year (yoy).

"Di Bank Jatim kredit konstruksi growth moderat 4,56%. Memang kami lebih fokus ke kredit ritel dibandingkan konstruksi," ujarnya.

Atas hal itu, bank berkode emiten bursa BJTM ini hanya mematok pertumbuhan kredit konstruksi di kisaran 6% sampai 7% sampai akhir tahun.

Di lain pihak, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengatakan kredit konstruksi pada awal tahun memang tumbuh cukup tinggi mencapai dua digit.

Sayangnya, Parwati tidak merinci besaran pertumbuhan kredit konstruksi di OCBC NISP saat ini. "Sektor konstruksi naik cukup baik di semester I 2018. Proyeksi kami pada kuartal IV nanti pertumbuhannya tidak lebih tinggi dibandingkan semester I 2018 lalu," singkatnya.

Pun, NPL kredit konstruksi OCBC NISP masih terpantau stabil di level 1,5% alias tidak banyak bergerak dari posisi di akhir kuartal II 2018 lalu. Sebagai tambahan informasi saja, SPI OJK mencatatkan kredit konstruksi pada masing-masing BUKU mengalami peningkatan di bulan Juli 2018 lalu.

BUKU I misalnya mencatatkan kenaikan sebesar 33,21% yoy per Juli 2018 lalu menjadi Rp 2,44 triliun. BUKU II tumbuh paling tipis sebesar 2,4% yoy menjadi Rp 25,67 triliun.

Sementara BUKU III tumbuh 18,47% dari Rp 116,65 triliun menjadi Rp 138,52 triliun. Sedangkan BUKU IV per Juli 2018 lalu mencatatkan kredit konstruksi tumbuh 20,71% yoy menjadi Rp 104,44 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×