Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi perekonomian yang belum kembali stabil, ternyata penyaluran kredit properti segmen konstruksi juga dicatat mengalami pertumbuhan yang lambat di Juni 2025. Kondisi ini diperkirakan ditengarai oleh beragam sentimen, salah satunya ialah makin berkurangnya pembiayaan terhadap proyek-proyek pemerintah.
Sebagai mana diketahui dalam laporan Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa per Juni 2025, pertumbuhan penyaluran kredit konstruksi hanya sebesar 0,6% year-on-year (yoy), dengan nilai sebesar Rp 395,5 triliun. Capaian ini hanya tumbuh tipis dibandingkan tahun sebelumnya, Juni 2024 yang sebesar Rp 393,0 triliun. Padahal di Mei 2025 lalu, pertumbuhannya lebih tinggi di 1,5%.
PT Bank Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta atau kerap dikenal Bank BPD DIY turut buka suara akan kondisi tersebut. Direktur Pemasaran dan Usaha Syariah BPD DIY, Raden Agus Trimurjanto, menyampaikan bahwa per Juni 2025, kredit sektor konstruksi mengalami penurunan sebesar 13,6% year-on-year (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski belum memaparkan detail total nominalnya, Agus menyampaikan bahwa penurunan penyaluran kredit konstruksi di Bank BPD DIY disebabkan oleh berkurangnya pembiayaan ke proyek-proyek pemerintah.
"Untuk sektor kontruksi posisi Juni 2025 mengalami penurunan sebesar 13,6% dibanding Juni 2024. Hal ini didominasi berkurangnya pembiayaan ke rekanan yang mengerjakan proyek-proyek pemerintah," kata Agus kepada Kontan, Rabu (30/7/2025).
Baca Juga: Kredit Konstruksi Perbankan Loyo
Meskipun begitu, dirinya masih optimistis bahwa pembiayaan atau kredit di sektor konstruksi ini bakal masih menunjukkan potensi yang baik ke depannya, sebagaimana yang ditorehkan tahun lalu.
"Masih ada waktu 5 bulan menuju akhir 2025. Semoga potensi dan anggaran pemerintah untuk infrastruktur bisa berjalan sebagaimana tahun lalu," kata dia.
Di sisi lain, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung atau Bank Sumsel Babel mencatatkan bahwa kredit ritel proyek konstruksi, baik untuk jalan maupun bangunan, hingga saat ini masih menunjukkan tren positif di pertengahan tahun ini.
Pemimpin Divisi Sekretaris Perusahaan Teddy Kurniawan memaparkan bahwa kredit konstruksi Bank Sumsel Babel tumbuh 5,99% pada bulan Mei, dan juga masih bertumbuh sebesar 4,63% pada bulan Juni 2025.
Teddy menyampaikan bahwa sebagaimana diketahui, penyaluran kredit konstruksi sangat bergantung pada proses lelang proyek. Ketika terdapat banyak proyek yang telah selesai dilelang dan pemenangnya telah diumumkan, pihak perbankan akan menyalurkan kredit sebagai tambahan modal kerja untuk penyelesaian pekerjaan tersebut. Namun, di tahun ini dia melihat adanya keterlambatan penyaluran dibandingkan tahun sebelumnya.
"Pada tahun ini, terlihat adanya keterlambatan dibandingkan tahun sebelumnya, di mana sebagian besar proses lelang baru berlangsung pada bulan Juni, sehingga pengumuman pemenang proyek baru terjadi pada bulan Juli," kata Teddy.
Oleh sebabnya, dengan kondisi tersebut, Bank Sumsel Babel mengatakan bila pihaknya tetap optimistis bahwa pertumbuhan kredit pada sektor konstruksi akan meningkat lebih signifikan pada semester-II tahun ini.
Baca Juga: Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat di Juni 2025, Ini Kata OJK
Meskipun begitu, dia mencermati bahwa untuk proyeksi akhir tahun, akan diperkirakan mengalami tren penurunan secara month-to-month (MtM) di bulan November dan Desember. Sebab, portofolio kredit konstruksi ini didominasi oleh proyek-proyek yang dibiayai melalui APBD pemerintah provinsi, kota, dan kabupaten, yang mana umumnya dibayarkan pada akhir tahun.
"Namun demikian, secara tahunan atau yoy, pertumbuhan kredit konstruksi pada 2025 dibandingkan 2024 diproyeksikan tetap positif, berada pada kisaran 1,5% hingga 2%," bidiknya.
Pengamat perbankan Moch Amin Nurdin mengatakan bahwa beberapa sentimen yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit konstruksi ini ialah sebab proyek-proyek pemerintah yang ditunda dijalankan, Hal ini karena pemerintah lebih mengutamakan untuk fokus menggarap program unggulan lainnya.
"Biasanya penyumbang terbesar dari sektor ini berasal dari bank BUMN dan sindikasi BPD. Ini juga kebanyakan proyek-proyek pemerintah, dan kebetulan saat ini banyak proyek yang ditunda dijalankan karena pemerintah sedang sibuk dengan program unggulan lain," jelasnya.
Amin memproyeksi pertumbuhan penyaluran kredit di sektor ini hingga akhir tahun 2025 akan bergerak stagnan, bahkan cenderung melandai.
Senada seirama, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menyampaikan bila melambatnya pertumbuhan kredit konstruksi dipengaruhi oleh melambatnya realisasi proyek.
"Perlambatan proyek bisa diakibatkan berbagai hal seperti belanja investasi proyek yang melambat, atau menurunnya realisasi proyek akibat dari penurunan permintaan sehingga proyek tertunda," tandas Trioksa.
Dia juga memproyeksikan proyeksi pertumbuhan kredit konstruksi hingga akhir tahun masih akan tetap sama, tidak banyak mengalami perubahan atau pertumbuhan signifikan.
Baca Juga: Sektor Konstruksi Hambat Pertumbuhan Kredit Perbankan
Selanjutnya: Hampir Habis Terjual, Diskon Tiket Kereta Api Tersedia Hingga Besok
Menarik Dibaca: Hampir Habis Terjual, Diskon Tiket Kereta Api Tersedia Hingga Besok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News