Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat kredit perbankan tumbuh 10,27% secara tahunan alias year on year (YoY) pada Januari 2025. Pertumbuhan kredit ini masih di bawah target yang dipatok BI untuk tahun 2025 yakni sekitar 11% hingga 13%.
Gubernur BI Perry Warjiyo melihat pertumbuhan kredit ditopang oleh realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan yang masih berlanjut, dukungan pendanaan dari pertumbuhan DPK yang masih terjaga, serta ketersediaan likuiditas yang tetap baik sejalan dengan implementasi penguatan KLM.
“Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan korporasi yang masih tumbuh positif di tengah konsumsi rumah tangga yang terbatas,” ujar Perry, Rabu (19/2).
Baca Juga: Bank Indonesia Pertahankan BI-Rate di Level 5,75% Februari 2025
Secara rinci, berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi, masing-masing sebesar 8,40% (yoy), 13,22% (yoy), dan 10,37% (yoy). Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,71% (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh 2,88% (yoy).
Lebih lanjut, Perry bilang akan turut mendorong pertumbuhan kredit melalui berbagai kebijakan makroprudensial yang akomodatif sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dalam hal ini, Perry bilang pihaknya terus memperkuat efektivitas implementasi KLM. Di mana, KLM diarahkan untuk mendorong kredit perbankan untuk mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.
Baca Juga: Kredit Tetap Tumbuh Solid, Bank JTrust Optimis Kinerja 2025 Tumbuh Positif
Adapun, Insentif KLM telah disalurkan pada sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, yaitu antara lain sektor pertanian, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan dan pariwisata dan ekonomi kreatif, konstruksi, real estate, dan perumahan rakyat, serta UMKM, Ultra Mikro, dan hijau.
“Hingga minggu kedua Februari 2025, Bank Indonesia telah memberikan insentif KLM sebesar Rp295 triliun, atau meningkat sebesar Rp36 triliun dari Rp259 triliun pada akhir Oktober 2024,” tandasnya.
Selanjutnya: Harga Emas Kembali Dekati Rekor, Terpicu Geopolitik Ukraina dan Tarif Baru Trump
Menarik Dibaca: Harga Emas Kembali Dekati Rekor, Terpicu Geopolitik Ukraina dan Tarif Baru Trump
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News