Reporter: Roy Franedya | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Sorotan Bank Indonesia yang menganggap bank-bank lebih senang mengucurkan kredit konsumsi ketimbang kredit modal kerja ditanggapi beragam oleh bankir. Wakil Direktur Utama Bank Panin Roosniati Salihin mengatakan, tingginya pertumbuhan kredit konsumsi dikarenakan kredit ini diberikan kepada perorangan. Biasanya, jumlahnya tidak besar dan si penerima kredit memiliki penghasilan yang jumlahnya tetap. Alhasil, waktu yang dibutuhkan untuk menganalisis kemampuan membayar nasabah sangat cepat.
"Berbeda dengan kredit modal kerja dan investasi yang membutuhkan waktu yang lebih panjang bagi bank untuk menganalisis cash flow," ujarnya, Minggu (8/8).
Selain itu, bank harus menjaga pertumbuhan kredit konsumsi. "Setiap bulan, outstanding kredit konsumsi di bank pasti akan turun karena adanya pembayaran cicilan. Untuk menjaga target outstanding kredit konsumsi, bank harus menyalurkan kredit konsumsi baru," tambahnya.
Roosniati membantah, bank malas menyalurkan kredit modal kerja dan investasi. "Bank tentu akan senang bertumbuh dengan dunia usaha karena menimbulkan multiplayer effect tetapi bank juga harus berhati-hati dalam menyalurkan kredit," jelasnya.
Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menilai, kredit modal kerja dan investasi memiliki jangka waktu menengah dan panjang. "Tidak mungkin dicairkan sekaligus. Hal ini tercermin dari tingginya kredit mubazir di bank," ujarnya. Untuk itu, perlu stimulus dari pemerintah agar kredit modal kerja dan investasi mengucur deras.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News