kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   9.000   0,46%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Kredit Macet Fintech Usia di Atas 54 Meningkat, AFPI: Pengaruh Ekonomi Lesu


Jumat, 13 Juni 2025 / 14:02 WIB
Kredit Macet Fintech Usia di Atas 54 Meningkat, AFPI: Pengaruh Ekonomi Lesu
ILUSTRASI. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat lonjakan signifikan nilai kredit macet dari peminjam (borrower) fintech peer-to-peer (P2P) lending berusia 54 tahun ke atas.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat lonjakan signifikan nilai kredit macet dari peminjam (borrower) fintech peer-to-peer (P2P) lending berusia 54 tahun ke atas.

Per Februari 2025, nilai non-performing loan (NPL) kelompok usia ini mencapai Rp 119 miliar, naik 77% dibanding Rp 67 miliar pada September 2024.

Peningkatan ini turut mendongkrak rasio kredit macet segmen tersebut dari 2,2% menjadi 3,5% dalam periode lima bulan terakhir.

Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Entjik S. Djafar, mengatakan bahwa kenaikan NPL dari kalangan usia lanjut tidak bisa dilepaskan dari faktor ekonomi yang memburuk.

“Ini karena faktor ekonomi yang benar-benar lesu. Jadi kan, yang umur lima tahun ke atas itu kan biasanya lebih banyak hubungannya dengan masyarakat. Faktor ekonomi, ya,” ujar Entjik saat ditemui usai agenda diskusi industri fintech di Jakarta, Jumat (13/6).

Baca Juga: AFPI Ingatkan Fenomena Ajakan Gagal Bayar (Galbay) Makin Marak di Media Sosial

Menurut Entjik, penurunan daya beli dan ketidakpastian ekonomi global membuat industri pembiayaan digital harus lebih konservatif dalam menyalurkan pinjaman. Strategi industri saat ini mengedepankan prinsip kehati-hatian, termasuk dengan memperketat sistem penilaian risiko (credit scoring).

“Kami imbau semua anggota untuk tetap prudent. Tahun ini, kami proyeksinya tumbuh 10%, walaupun selalunya lebih dari itu, ya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Entjik mengatakan, AFPI akan terus berupaya menjaga kualitas penyaluran pinjaman dengan fokus kepada borrower produktif dan borrower berulang (repeater borrower) yang telah memiliki rekam jejak baik.

“Sebagian besar pengguna fintech lending adalah pelaku usaha ultramikro, seperti pedagang makanan kaki lima. Mereka yang pinjamannya Rp 2 juta sampai Rp 6 juta itu sangat bergantung pada akses pendanaan ini,” tutur Entjik.

Baca Juga: Multifinance Hadapi Persaingan Ketat dari Fintech dan BNPL

Selanjutnya: AFPI Ingatkan Fenomena Ajakan Gagal Bayar (Galbay) Makin Marak di Media Sosial

Menarik Dibaca: iPhone 16 Harga Juni 2025 vs iPhone 16 Pro, Cek Review Singkat Berikut Ini!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×