kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.059   74,66   1,07%
  • KOMPAS100 1.056   15,52   1,49%
  • LQ45 830   12,90   1,58%
  • ISSI 213   1,03   0,49%
  • IDX30 423   7,36   1,77%
  • IDXHIDIV20 510   7,89   1,57%
  • IDX80 120   1,78   1,50%
  • IDXV30 125   0,71   0,57%
  • IDXQ30 141   2,12   1,52%

Kredit macet pertambangan & perdagangan meningkat


Senin, 18 Agustus 2014 / 10:11 WIB
Kredit macet pertambangan & perdagangan meningkat
ILUSTRASI. Jalapeno terbukti menurunkan kolesterol.


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Industri perbankan perlu mewaspadai rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada sektor pertambangan dan perdagangan. Perlahan tapi pasti, NPL di kedua sektor tersebut memperlihatkan tren peningkatan, seiring pelemahan pertumbuhan ekonomi.

Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) mengatakan, meski ada kenaikan kredit bermasalah pada sektor perdagangan dan pertambangan, namun rasionya belum mengkhawatirkan, lantaran masih di bawah 5%. "Pada kedua sektor itu terjadi kenaikan kredit bermasalah lebih cepat. Itu wajar karena terjadi perlambatan ekonomi," terang Halim, pekan lalu.

Mengutip data BI per Mei 2014, NPL kredit sektor pertambangan dan penggalian tercatat sebesar 2,47% atau senilai Rp 2,90 triliun. Padahal, pada Mei 2013 lalu, NPL sektor ini hanya sebesar 0,96% atau setara Rp 1,09 triliun.

Sementara NPL kredit perdagangan sudah bertengger di level 3,03% atau senilai Rp 20,63 triliun. Mei tahun lalu, NPL sektor ini tercatat 2,72% atau senilai Rp 15 triliun.

Halim menambahkan, perlambatan ekonomi menyebabkan penurunan produksi dan penjualan debitur di kedua sektor itu. Ujung-ujungnya, kemampuan pembayaran kredit mereka ikut tergerus.

"BI terus memantau perkembangan kredit bermasalah tersebut, namun sepertinya perbankan sudah mengurangi penyaluran kredit pada sektor itu," imbuh Halim.

Lebih waspada

Jahja Setiadmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk mengatakan, hingga saat ini, rasio kredit bermasalah di sektor pertambangan dan perdagangan di BCA belum terlihat tinggi. Hal ini lantaran emiten bersandi BBCA tersebut telah melakukan penyaluran kredit dengan selektif.

Demikian juga dengan kredit bermasalah pada pembiayaan pembelian mobil dan rumah BCA yang disebut masih terjaga. "Sejauh ini belum ada kecenderungan naik," ungkap Jahja.

BCA sendiri, punya strategi untuk menghadapi tren pertumbuhan NPL pada industri pertambangan dan perdagangan. Caranya adalah dengan mengurangi atau menahan laju pemberian kredit kredit, jika memang peningkatan NPL di BCA mulai ada.

Namun sebaliknya, jika dianggap NPL masih normal, maka kucuran kredit pun masih terus akan mengalir. Berdasarkan data NPL BCA per Juni 2014, rasio NPL kredit korporasi tercatat sebesar 0,1%. Sedangkan, NPL kredit small, medium, enterprise (SME) sebesar 0,7%.

Roy A. Arfandy, Presiden Direktur PT Bank Permata Tbk mengakui, ada kenaikan NPL di sektor pertambangan dan industri pipa karena penurunan harga dan permintaan. Alhasil, nasabah tidak memiliki pendapatan yang kuat untuk membayar utang.

"Kami sedang melakukan restrukturisasi dan akan selesai akhir tahun," kata Roy. Ia bilang, rasio NPL sektor pertambangan di Bank Permata saat ini mencapai 0,3%–0,4%. Dia menargetkan, NPL gross Bank Permata tetap di bawah 1,5% tahun ini. Hingga Juni 2014, NPL gross Bank Permata tercatat 1,4% dan NPL net sebesar  0,73%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×