Reporter: Adhitya Himawan, Dea Chadiza Syafina, Issa Almawadi, Nina Dwiantika | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Di tengah perlambatan ekonomi, bankir tetap tersenyum sumringah. Bank-bank masih bisa meraup laba besar sebagai kado Lebaran.
Tengok kinerja Bank Mandiri. Di semester I-2014, bank berlogo pita emas tersebut membukukan laba Rp 9,6 triliun, tumbuh 15,6% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 8,3 triliun. Penopang laba Bank Mandiri adalah kenaikan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 17,6% menjadi Rp 19,4 triliun.
"Pendapatan non bunga (fee based incomed) juga naik 11,5% menjadi Rp 7,3 triliun," jelas Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, Kamis (24/7).
Tak mau kalah, Bank BNI mengantongi laba Rp 4,94 triliun atau naik 15,4% di paruh pertama 2014. Laba BNI juga terdongkrak pendapatan bunga bersih yang naik 20,9% menjadi Rp 10,8 triliun. Pesta laba juga dialami bank kelas menengah.
Misal, laba Bank Mega melejit 105% menjadi Rp 502 miliar. Sementara, laba Bank Panin tumbuh 38,4% menjadi Rp 1,37 triliun. Bank OCBC NISP pun membukukan pertumbuhan laba 18% menjadi Rp 632 miliar.
Yang menarik, pesta laba bank dialami kendati terjadi perlambatan kredit. Catatan KONTAN, dari sembilan bank terbesar berdasarkan aset, pertumbuhan kredit maksimal sebesar 17,19% yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI). Sembilan bank ini membukukan rata-rata pertumbuhan kredit 14,3%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit tahun 2013 sebesar 17,4%.
Namun, tidak semua bank mampu membukukan laba tinggi di tengah perlambatan kredit. Ambil contoh, Bank CIMB Niaga yang menderita penurunan laba sebesar 8% menjadi Rp 1,95 triliun. Arwin Rasyid, Presiden Direktur Bank CIMB Niaga mengatakan, penurunan laba merupakan efek dari tekanan likuiditas, pelemahan rupiah, peningkatan suku bunga, serta pelaksanaan pemilu.
Dari sepuluh bank terbesar, minus Bank Internasional Indonesia (BII) yang belum merilis kinerja, lima bank diantaranya sukses membukukan kenaikan laba (lihat tabel). Di semester II, kinerja bank akan dibayangi perlambatan kredit dan penurunan bunga bersih akibat pengetatan likuiditas.
Atas dasar itu, Doddy Arifianto, ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi, laba perbankan cuma mampu tumbuh 10%-15% hingga akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News