Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank pelat merah mencatatkan nilai kenaikan nilai kredit menganggur alias undisbursed loan. Perlambatan ekonomi menjelang akhir tahun jadi penyebabnya.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya mencatatkan nilai kredit menganggur sebesar Rp 137,8 triliun per Oktober 2019. Nilai tersebut meningkat 2,5% (yoy) dibandingkan Oktober 2018.
Baca Juga: Soal isu deal dengan Sumitomo Mitsui Banking Corporation, begini respons Bank Permata
Cosporate Secretary BRI Hari Purnomo bilang perusahaan BUMN jadi penopang utama meningkatnya rasio kredit menganggur perseroan. “Mayoritas undisbursed loan berasal dari segmen korporasi BUMN dengan porsi 61% dan korporasi umum 17%. Sementara sisanya disumbang segmen ritel dan menengah,” katanya kepada Kontan.co.id pekan lalu.
Ia menilai masih belum ditariknya kredit akibat para debitur masih berhati-hati melakukan ekspansi bisnis di tengah kondisi ekonomi yang lebih menantang.
Meski demikian, Hari optimistis rasio kredit menganggur perseroan bakal makin terkikis lantaran siklus akhir tahun dimana debitur biasanya melakukan penarikan untuk ekspansi tahun depan.
“Jika dilihat rasio undisbursed loan terhadap total kredit, sebenarnya menurun dari 17% pada Oktober 2018 menjadi 16% pada Oktober 2019,” lanjut Hari.
Baca Juga: Asuransi Asei Bidik kejar premi Rp 410 miliar sampai akhir tahun
Per Oktober 2019 sendiri, bank terbesar di tanah air ini telah menyalurkan kredit Rp 850,86 triliun. Meningkat 8,68% (yoy) dibandingkan Oktober 2018.
Adapula PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang juga mencatat kenaikan kredit menganggur. Per Oktober 2019 nilainya mencapai Rp 185,31 triliun. Meningkat 15,92% (yoy) dibandingkan Oktober 2018.
Bedanya, penopang utama kredit menganggur bank berlogo pita emas ini disebabkan oleh korporasi swasta yang nilainya mencapai Rp 142,64 triliun atau setara 76,97% dari total undisbursed loan. Sedangkan sisanya berasal dari korporasi pelat merah.
Sementara secara total, rasio kredit menganggur perseroan sebesar 25,44% dari total kredit yang telah digelontorkan Rp 728,20 triliun. Rasio tersebut meningkat tipis dibandingkan rasio pada Oktober 2018 sebesar 22,96% dari total kredit Rp 696,25 triliun.
Baca Juga: Lahan bisnis baru, Asuransi Asei mengkaver penyaluran kredit dari 10 tekfin