Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA PT Bank Danamon Indonesia Tbk masih mencatatkan pertumbuhan kredit modal kerja yang cukup stabil di tengah kondisi penyaluran kredit perbankan yang masih tumbuh melambat.
Risk Management Director Bank Danamon Dadi Budiana menyampaikan bahwa penyaluran kredit modal kerja di Danamon tumbuh sebesar 4,3% secara tahunan (YoY), dari Rp 87,7 triliun menjadi Rp 91,5 triliun per Juni 2025.
Ada pun dicatatnya, sektor dengan komposisi dan kontribusi terbesar secara nominal adalah Perdagangan Besar & Eceran, dengan nilai penyaluran kredit mencapai Rp 29,3 triliun atau meningkat sebesar 15% YoY.
Baca Juga: BCA Jadi Satu-Satunya Big Banks yang Cetak Kenaikan Laba Hingga Agustus 2025
Melihat realisasi penyaluran kredit modal kerja yang tumbuh stabil ini, Dadi pun optimistis membidik kredit modal kerja Bank Danamon hingga akhir tahun bisa sesuai target.
“Hingga akhir tahun ini, kami berharap penyaluran kredit modal kerja dapat tetap tumbuh sejalan dengan target pertumbuhan kredit industri perbankan secara umum,” kata Dadi kepada Kontan, Senin (29/9/2025).
Dadi menjelaskan bahwa untuk mendukung pertumbuhan kredit secara keseluruhan di tahun 2025, Danamon akan terus mengoptimalkan ekosistem Grup MUFG dan empat lini bisnis utamanya, yaitu Enterprise Banking & Financial Institution, Small Medium Enterprise (SME), Consumer Banking, dan Adira Finance.
Untuk diketahui bahwa kredit perbankan secara industri pada Agustus 2025 belum kuat. Dicatat Bank Indonesia (BI), pertumbuhan penyaluran kredit secara industri masih sebesar single digit, yakni 7,56% secara tahunan (YoY).
Kondisi ini mengakibatkan fasilitas pinjaman yang belum dicairkan masih cukup besar, tecermin dari rasio undisbursed loan atau kredit menganggur pada Agustus 2025 yang mencapai Rp 2.372,11 triliun atau 22,71% dari plafon kredit yang tersedia.
Dicatat pula, rasio undisbursed loan terbesar terutama pada sektor Industri, Pertambangan, Jasa Dunia Usaha, dan Perdagangan, dengan jenis kredit modal kerja (KMK).
BI bilang bahwa dari sisi permintaan, belum kuatnya perkembangan kredit ini dipengaruhi oleh sikap menunggu pelaku usaha (wait and see), suku bunga kredit yang masih tinggi, dan lebih besarnya pemanfaatan dana internal untuk pembiayaan usahanya.
Baca Juga: Laba BRI Turun 9,9% Menjadi Rp 32,6 Triliun per Agustus 2025
Selanjutnya: ADB Pangkas Proyeksi Ekonomi RI Jadi 4,9% di 2025, dan 5% di 2026
Menarik Dibaca: 8 Tips Pemulihan Akun Facebook di Android dan iPhone! Cek Panduan Lengkapnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News