Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Johana K.
JAKARTA Seperti sudah sering diungkapkan sebelumnya, terpukulnya kegiatan ekspor akibat terpaan krisis sudah membuat pertumbuhan kredit berdenomasi valuta asing terpuruk. Bank Indonesia mencatat, sampai Desember 2009 pertumbuhan kredit valas turun alias terkontraksi hingga 17,4%.
Adapun kredit rupiah tumbuh sekitar 16,5%. Dus, secara rata-rata pertumbuhan kredit tahunan di tanah air tahun lalu mencapai 10%.
Merosotnya pertumbuhan kredit valas ini menjadi penyebab utama anjloknya pertumbuhan kredit tahun lalu. Maklumlah, kredit valas termasuk yang cukup besar sumbangannya terhadap penyaluran kredit secara umum.
Perekonomian global yang terpukul krisis membuat kinerja ekspor lesu. Indonesia misalnya, kinerja ekspornya cukup banyak bergantung pada Amerika Serikat. Selama negeri Uwak Sam tersebut lesu darah, maka gairah ekspor juga masih belum akan bangkit sepenuhnya.
Bankir mengakui tren lesu ini masih berlanjut hingga kini. Direktur Tresuri dan Internasional Bank Mandiri Thomas Arifin bilang, di bank tempat ia berkarier, kredit valas dan trade finance alias kredit pembiayaan yang banyak menyasar aktivitas ekspor-impor sampai hari ini belum menunjukkan pertumbuhan signifikan.
"Pelaku sektor riil masih banyak yang memilih menggunakan pembiayaan dalam mata uang Rupiah," jelasnya. Posisi kredit valas di BankMandiri terakhir mencapai US$ 3,1 miliar. Tidak banyak bergerak dari posisi kuartal tiga 2009 lalu.
Deputi Gubernur BI Hartadi Agus Sarwono menilai, sejatinya harapan atas membaiknya pasar ekspor sudah mulai terbuka. Ini terlihat dari catatan perbaikan ekonomi Amerika Serikat yang paling mutakhir.
Negeri Uwak Sam tersebut membukukan pertumbuhan ekonomi kuartal empat 2009 sebesar 5,7%. "Jauh di atas ekspektasi pasar," katanya. Indikator ini bisa membuka peluang bangkitnya kembali pasar ekspor Indonesia. Termasuk nantinya terhadap kinerja kredit valas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News