Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit valuta asing (Valas) di perbankan meningkat selama periode semester I-2024, meskipun adanya tren pelemahan nilai rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (USD) selama periode Januari-Juni 2024.
Jika melihat tren pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar selama periode awal tahun yang berada pada posisi Rp 15.390 pada 1 Januari 2024, dan berakhir di posisi Rp 16.350 per 28 Juni 2024. Meskipun per 17 Agustus rupiah menguat ke Rp 15.690
Adapun di beberapa bank tanah air yang menyalurkan kredir valas juga mengalami peningkatan pada semester I-2024. Ambil contoh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang mengalami peningkatan pada kredit valas.
Baca Juga: BI, BEI, KPEI dan 8 Bank Kerjasama Pembentukan dan Pengembangan Central Counterparty
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo Budiprabowo mengatakan, pertumbuhan kredit valas BNI mencapai 15,88% YoY pada semester I-2024.
"Pelemahan rupiah tidak mengurangi minat debitur BNI untuk memanfaatkan fasilitas kredit valas, porsi kredit valas saat ini sekitar 20%-23% dari total kredit BNI" ungkap Okki kepada Kontan belum lama ini.
Lebih lanjut Okki merinci, sektor pertambangan dan minerba tetap menjadi sektor dominan yang membutuhkan kredit valas dalam mata uang USD. Hal ini terlihat adanya peningkatan baki debet dari sektor ini, seperti pertambangan batubara, lignit, bijih logam, dan tembaga.
Okki juga menyebut pihaknya memproyeksikan permintaan kredit valas akan tetap stabil pada sektor industri tertentu yang memang memiliki pendapatan atau pengeluaran dalam valas (natural hedging). Selain itu, suku bunga kredit valas yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga rupiah menjadi lebih menarik bagi nasabah.
Baca Juga: Simpanan DPK Valas di Sejumlah Perbankan Meningkat
"Dengan proyeksi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya pada Q4-2024, BNI optimis bahwa permintaan kredit valas akan terus meningkat," ungkap Okki.
Sementara itu PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga mengalami peningkatan kredit valas sebesar 8,86% yoy menjadi Rp 44 triliun pada semester I-2024, dibandingkan periode tahun lalu yang sebesar Rp 40,42 triliun.
EVP Corporate and Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F Haryn mengatakan, jumlah tersebut setara 5,3% dari total portofolio pembiayaan perseroan.
"Kami optimistis penyaluran kredit valas dapat terus tumbuh seiring positifnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Hera kepada Kontan.
Lebih lanjut Hera menyebut, perseroan senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko.
Baca Juga: Tetap Cermat Saat Likuiditas Ketat
BCA berkomitmen memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang. BCA juga senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko.
Adapun CEO Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) Batara Sianturi mengatakan, dengan kondisi tren kenaikan suku bunga the Fed yang masih tinggi, membuat permintaan kredit rupiah lebih banyak dibandingkan kredit valas.
"Kita melihat demand untuk rupiah itu lebih besar, tapi trennya adalah lebih banyak permintaan kredit rupiah daripada kredit valas untuk citi bank," ungkap Batara.
Baca Juga: Adu Kuat Aplikasi Super Milik Bank Besar
Penyaluran kredit Citi Indonesia pada semester I-2024 tercatat sebesar Rp Rp 31,94 triliun, menurun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 43,25 triliun pada semester I-2023.
"Permintaan kredit valas karena tren diferensiasi the Fed dengan BI rate, ada tendensi permintaannya lebih banyak di rupiah, kalau suku bunga turun, kredit valas kemungkinan akan naik," ungkap Batara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News