Sumber: KONTAN | Editor: Didi Rhoseno Ardi
JAKARTA. Krisis ekonomi yang melanda seluruh dunia mengikis imbal hasil investasi produk asuransi. Akibatnya, penjualan produk asuransi single premium alias premi tunggal juga ikut menurun.
Penyebab lain adalah daya beli masyarakat turun akibat krisis. Karena itu mereka pilih menggunakan duit tunai mereka untuk mempertahankan konsumsi ketimbang berinvestasi.
Produk asuransi premi tunggal sebagian besar berbentuk unit link. Nasabah melunasi premi sekaligus di produk ini. Produk premi tunggal menjanjikan imbal hasil yang lebih tinggi dari produk premi reguler.
Direktur Pemasaran PT Asuransi Central Asia Raya (CAR) Hero Samudera mengaku, kontribusi pendapatan dari produk premi tunggal terhadap total pendapatan CAR mulai menurun sejak awal tahun. Saat itu, pasar finansial mulai berguncang hebat. "Padahal, sepanjang 2007 lalu, pendapatan dari premi tunggal mencapai 70% dari total perolehan premi kami di CAR," tutur Hero, Ahad (14/12).
Posisi ini terus merosot hingga kuartal pertama 2008 saat pasar keuangan mulai goyah. Hingga saat ini premi tunggal tinggal sekitar 60% dari produk unit link.
Produk premi tunggal yang turun drastis terutama produk yang berinvestasi ke saham. Sedangkan untuk produk asuransi yang bekerjasama dengan bank masih lumayan karena sebagian penempatannya di deposito. Apalagi, bunga deposito perbankan terus beranjak naik sejak Mei.
Bagi perusahaan asuransi, mendapatkan premi tunggal lebih menyenangkan. "Dengan menerima premi sekaligus, perusahaan asuransi lebih ringan menyisihkan untuk beban pencadangan," tuturnya. Selain itu, biasanya perusahaan asuransi memetik fee yang lebih besar dari produk premi tunggal.
Direktur Keuangan PT Reliance Life Harsono Sutanto punya penilaian lain tentang penurunan penjualan produk tunggal. Harsono menilai, produk asuransi premi tunggal terlampau mahal untuk nasabah asuransi individu. "Apalagi jika mereka adalah nasabah pemula yang juga ingin berinvestasi," tuturnya. Nasabah individu, menurut Harsono, lebih pas membeli produk premi reguler. "Lebih terjangkau," ujarnya.
Saat ini, premi reguler menyumbang porsi pendapatan terbesar di Relife, sekitar 90%. Sementara premi tunggal hanya menyumbang sekitar 10%. "Relife menyasar segmen nasabah pemula yang ingin berinvestasi. Kami hanya menawarkan produk premi tunggal sebagai pelengkap," ujar Harsono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News