Reporter: Mona Tobing |
JAKARTA. Pembiayaan spesialis alat berat memasuki masa suram. Pemulihan harga komoditas yang lambat dan kondisi ekonomi yang tak menentu, masih menahan permintaan alat berat.
Separuh pertama tahun ini, penyaluran pembiayaan Surya Artha Finance (SAN Finance) turun hingga 41% year on year. Juni lalu, perusahaan yang fokus membiayai pembelian alat berat ini mencatat penyaluran pembiayaan sekitar Rp 1,7 triliun, menurun dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 2,9 triliun.
Sialnya lagi, angka kredit bermasalah atau non-perfoaming loan (NPL) sebesar 2,4%. Posisi ini tak berubah banyak dibanding setahun sebelumnya. Akibatnya, laba San Finance juga merosot 5% menjadi Rp 116 miliar.
Andrijanto, Direktur Keuangan SAN Finance, mengatakan kondisi arus kas debitur seret. Para debitur ini antara lain perusahaan perkebunan atau pertambangan yang membutuhkan alat berat untuk beroperasi. "Penjualan komoditas juga belum membaik," terang Andrijanto, kemarin (2/9). Belum lagi pasar harga komoditas, terutama sektor pertambangan batubara turun drastis.
Andrijanto bilang, kondisi ini mirip tahun 2010, ketika pembiayaan alat berat lesu. Apalagi, sejak Agustus, SAN telah menaikkan bunga kredit antara 1%-2%, menjadi 16%. Demi mengantisipasi kenaikan bunga lagi, anak usaha grup Astra International ini mendiversifikasi pendanaan.
Kemarin, SAN Finance menerbitkan obligasi berkelanjutan tahap I senilai Rp 500 miliar dari total Rp 2 triliun. Adapun kupon Seri A bertenor 370 hari dengan tingkat bunga 7,8% - 8,8%. Sedangkan kupon seri B berjangka 24 bulan, tingkat bunga 8,25% - 9,25%. Terakhir, seri C selama 36 bulan, berbunga 8,9% - 9,9%.
SAN Finance membayar bunga lebih tinggi dibanding obligasi yang terbit terakhir kali. Mengintip data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), SAN Finance merilis surat utang 24 Januari 2012 dengan kupon 7,7% - 8,4%.
Kondisi ini tak hanya menimpa SAN. Menurut data Bank Indonesia (BI), penyaluran pembiayaan alat berat atau leasing hanya tumbuh 3,96% menjadi Rp 101,5 triliun per Juni lalu. Lebih lambat dibanding total pembiayaan multifinance yang tumbuh 12%.
Sebelumnya, Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) , meramal jika kondisi tak membaik, pembiayaan alat berat tahun ini bisa turun hingga 15%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News