Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah yang sempat melemah hingga di atas level Rp 14.000 per dollar AS berimbas pada perlambatan dana pihak ketiga (DPK) berdenominasi mata asing alias valuta asing (valas). Setelah nilai tukar rupiah mulai membaik, kini sejumlah bank kembali gencar memupuk dana valas, terutama dalam bentuk DPK.
Salah satunya PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang telah meluncurkan tabungan valas bertajuk Fellas. Lewat produk ini, nasabah BTN dimungkinkan untuk menabung dalam dua mata uang yakni USD dan SGD.
Direktur Konsumer BTN Budi Satria mengatakan langkah ini dilakukan guna mempertahankan porsi likuiditas valas perseroan saat ini. Pasalnya, catatan Budi sampai dengan akhir April 2018 porsi valas terhadap total DPK BTN hanya sebesar 5%.
"Kami baru saja meluncurkan Fellas, yaitu Tabungan BTN Valas, dengan currency USD dan SGD. Selain Fellas tadi, di BTN saat ini juga terdapat produk deposito dalam valutas USD dan SGD," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (5/6).
Meski porsi DPK valas perseroan ini terbilang kecil, Budi menyebut saat ini BTN belum membutuhkan likuiditas valas. Alasannya, bank bersandi saham BBTN ini belum memberikan layanan pinjaman dalam mata uang valas.
Langkah BTN dalam memupuk dana valas lebih ditujukan untuk memenuhi kelengkapan produk dan layanan BTN. "DPK valas kami masih kurang dari 5%, selain itu memang di BTN tidak ada pinjaman valas, dan produk valas kami saat ini ditujukan untuk memenuhi kelengkapan produk dan layanan konsumen," ujarnya.
Sementara itu, hingga April 2018, BBTN mencatatkan penghimpunan tabungan melesat di level 43,28% secara tahunan (year-on-year/yoy). Pada bulan ke empat tahun ini, posisi tabungan Bank BTN tercatat sekitar Rp 43,04 triliun atau tumbuh dari Rp 30,04 triliun pada bulan yang sama tahun lalu.
Budi menjelaskan secara keseluruhan, Bank BTN membidik Dana Pihak Ketiga (DPK) naik sebesar 23% yoy. Sementara untuk DPK valas, pihaknya memproyeksi dapat mencetak setidaknya 10.000 nasabah baru per tahun dan 50.000 dalam jangka waktu lima tahun ke depan.
"Dengan kinerja tersebut dan berbagai inovasi yang dilakukan, kami optimistis akan mencapai target DPK pada tahun ini," tegas Budi.
Sebagai informasi tambahan saja, pada bulan Maret 2018 lalu Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan DPK valas mengalami penyusutan sebesar 0,5% secara tahunan menjadi Rp 698,4 triliun.
Setelah sempat turun, per April 2018 DPK valas sudah mulai menanjak naik kendati masih tipis. Catatan BI pada empat bulan pertama 2018 DPK valas tumbuh 1,6% yoy menjadi Rp 699 triliun.
Hal ini ditopang dari pertumbuhan dana giro yang naik 4,4% secara yoy pada bulan April 2018 menjadi Rp 278,7 triliun. Setelah sempat menurun 0,6% yoy di bulan Maret 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News