Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
Peningkatan tersebut salah satunya disebabkan oleh tren transaksi nasabah yang sudah mulai beralih menuju layanan Livin’ by Mandiri. Tercermin dari frekuensi transaksi nasabah melalui aplikasi Livin’ By Mandiri sepanjang Semester I 2021 yang mencapai 434,9 juta transaksi atau tumbuh 65% secara YoY.
Selain Livin' by Mandiri, salah satu inisiatif unggulan lainnya adalah dukungan program Open Banking melalui Mandiri API (Application Programming Interface) yang memungkinkan kolaborasi antara platform pelaku bisnis dan layanan Bank Mandiri secara seamless. Contoh layanan yang sangat populer diantaranya adalah transaksi top up mandiri eMoney, inquiry, transfer antar rekening, pinjaman digital, dan pembayaran secara direct debit di jaringan partner e-commerce dan e-wallet.
Layanan yang sudah tersedia sejak tahun 2018 dan terus dikembangkan melalui marketplace https://developer.bankmandiri.co.id ini sudah diadopsi oleh lebih dari 400 partner. Hingga kuartal II 2021 jumlah transaksi melalui Mandiri API meningkat secara signifikan sebesar 136% YoY dengan nilai transaksi yang tumbuh lebih dari 2 kali lipat YoY.
Baca Juga: Bank Danamon alokasikan pencadangan sebesar 177% hingga Juni 2021
Meski mendorong ekspansi digital, Darmawan mengungkapkan, pihaknya juga memastikan Bank Mandiri akan terus konsisten mendorong pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak pandemi melalui kontribusi aktif dalam menyukseskan berbagai program nasional untuk melindungi kemampuan ekonomi masyarakat dan daya tahan para pelaku usaha.
Dari aspek intermediasi perbankan, misalnya, Bank Mandiri mencetak pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 16,4% secara YoY menjadi Rp 1.014,3 triliun. Pertumbuhan ini ditopang oleh segmen wholesale banking yang tercatat tumbuh 7,13% YoY menjadi Rp 534,2 triliun per akhir kuartal II 2021. Sementara pembiayaan ke segmen UMKM tercatat naik 20,1% YoY menjadi Rp 98,3 triliun hingga kuartal II 2021.
Penyaluran kredit tersebut dilakukan secara prudent kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat sehingga menghasilkan kualitas kredit yang cukup baik dengan rasio NPL Gross sebesar 3,08%, turun 21 bps dari triwulan II tahun lalu.
Capaian ini juga diikuti dengan inisiatif untuk terus membentuk coverage ratio di level yang konservatif di kisaran 221,87% meningkat 26,35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Junaidi menjelaskan, saat ini merupakan periode yang sangat berat bagi dunia usaha sehingga dibutuhkan komitmen kolektif dan kolaborasi dari seluruh stakeholder ekonomi, termasuk para pelaku usaha agar bisa bertahan dari badai pandemi. “Dengan menjaga kinerja perseroan tetap solid, Bank Mandiri sebagai entitas usaha milik negara yakin akan dapat mengoptimalisasi seluruh sumber daya yang ada untuk mendukung ekonomi nasional segera bangkit dari dampak pandemi,” kata Darmawan.
Baca Juga: Akulaku siap ambil alih Bank Neo Commerce (BBYB), setelah dapat izin OJK
Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan program andalan pemerintah untuk menyediakan akses pelaku UMKM pada pembiayaan, Bank Mandiri telah menyalurkan KUR sebesar Rp 19,68 triliun pada akhir paruh pertama tahun ini atau 63,5% dari target 2021, dengan jumlah penerima lebih dari 200 ribu debitur UMKM dengan kualitas yang terjaga baik.
Lalu pada program restrukturisasi kredit terdampak pandemi, Bank Mandiri telah memberikan persetujuan restrukturisasi debitur terdampak pandemi yaitu kepada lebih dari 548 ribu debitur dengan nilai persetujuan sebesar Rp 126,5 Triliun. Dari nilai tersebut, hingga Juni 2021, total baki debet restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 96,5 Triliun, dimana 62% dari total debitur restrukturisasi merupakan pelaku usaha UMKM.
Selanjutnya: Soal aturan fee MDR sebesar 0,5%, Bank Mandiri masih negosiasi dengan pihak terkait
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News