Reporter: Annisa Aninditya Wibawa, Marti Riani Maghfiroh | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Bisnis perbankan syariah kian maju pesat belakangan ini. Di semester I tahun ini saja, laba perbankan syariah tersebut sudah mekar bahkan naik melebihi 100%.
PT Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah) misalnya, di semester I tahun ini melaporkan kenaikan laba 158,6% dengan laba yang dikantongi menjadi Rp 54,4 miliar.
“Pertumbuhan laba ini masih didorong oleh pembiayaan,” ucap Direktur Bisnis BNI Syariah, Imam Teguh Saptono, kepada KONTAN, Selasa, (13/8).
Hingga akhir Juni, pembiayaan BNI Syariah yakni Rp 9,5 triliun. Dari jumlah itu, pembiayaan perumahan mendominasi dengan porsi 45%.
Selanjutnya, ritel produktif memegang porsi 30%, mikro 5%, kartu kreditnya yang bernama Hasanah Card yaitu 3%, dan terakhir komersial sekitar 17%.
Namun begitu, Imam menyadari, pihaknya mengalami perlambatan pertumbuhan di semester dua ini. Meski begitu BNI Syariah berusaha terus menggenjot pembiayaannya. Imam berharap, pembiayaan BNI Syariah bisa mencapai Rp 11 triliun di pengujung 2013.
Pada posisi Juni, aset BNI Syariah berada di posisi Rp 13 triliun. Bank ini mengaku tidak terlalu agresif menargetkan pertumbuhan aset di semester kedua. Imam memperhitungkan, aset BNI Syariah hanya akan naik 7,7% atau Rp 1 triliun sisa tahun ini menjadi Rp 14 triliun.
Selanjutnya, Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Permata Tbk. (BNLI) juga mencatat pertumbuhan pesat. Bisa dibayangkan, labanya naik 101%. Pada semester I ini, keuntungan yang diraup mencapai Rp 238 miliar naik dari periode yang sama tahun lalu yang masih Rp 118 miliar.
“Laba ini sebagian besar berasal dari pembiayaan,” ungkap Head of Permata Syariah, Ahmad K. Permana, kepada KONTAN, Selasa (13/8). Perlu diketahui, pembiayaan Permata Syariah melonjak 136% di semester I tahun ini.
Bandingkan dengan semester pertama tahun 2012, dimana pembiayaan yang disalurkan baru mencapai Rp 4,78 triliun. Jumlah itu naik menjadi Rp 11,28 triliun di semester I tahun ini.
Permana bilang, pembiayaan didistribusikan ke segmen seperti Kredit Perumahan Rakyat (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Usaha Kecil Menengah (UKM), dan korporasi.
Sementara itu, kondisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Permata Syariah juga mengalami pertumbuhan 98% ke posisi Rp 11,29 triliun. Tadinya, di periode yang sama tahun lalu, dana masyarakat yang dikumpulkan Permata Syariah baru mencapai Rp 5,7 triliun.
Begitu juga dengan aset, bank yang merupakan anak usaha Grup Astra Internasional ini mengalami kenaikan aset tinggi. Tadinya, aset Permata Syariah berada di posisi Rp 7,6 triliun. Jumlah itu kemudian tumbuh 103% menjadi Rp 15,43 triliun.
Namun begitu, Permana juga mengakui adanya perlambatan kinerja di semeter II. Menurutnya, bank syariah terbentur dengan aturan Bank Indonesia (BI) yang mulai mengerem pertumbuhan Kredit Perumahan Rakyat (KPR).
Meski merasa pertumbuhan bisnisnya diproyeksikan melambat, Permata Syariah belum berencana untuk merevisi Rencana Bisnis Bank (RBB). “Harusnya ada perubahan ya. Tapi belum kita diskusikan,” sebut Permana.
Berbeda dengan PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Walaupun bank syariah lain memproyeksi akan ada perlambatan kinerja perbankan syariah di semester II, namun BSM tetap yakin kinerja bank syariahnya tetap moncer di semester II.
Bank syariah terbesar ini yakin memperoleh laba senilai Rp 1,2 triliun di akhir tahun ini. “Yang jelas, kita tidak ubah target. Artinya masih ada optimisme,” ungkap Direktur Utama BSM, Yuslam Fauzi.
Untuk dapat mencapai target laba, BSM akan memaksimalkan fee based income dan remitansi. Yuslam bilang, bisnis remitansinya berkembang sangat pesat. Selain itu, Foreign Domestic Investment (FDI) BSM juga tumbuh rata-rata 25%.
Sayangnya, Yuslam belum mau menyampaikan berapa laba yang sudah diperoleh selama semester I tahun ini. Ia hanya bilang, pihaknya akan melakukan paparan kinerja dalam waktu dekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News