kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Laba BSM tumbuh 12,4% pada 2016


Rabu, 01 Maret 2017 / 15:54 WIB
Laba BSM tumbuh 12,4% pada 2016


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun 2016. Pencapaian positif itu terlihat dari laba bersih BSM yang tumbuh 12,4% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 325,4 miliar dibanding tahun sebelumnya Rp 289,6 miliar.

Direktur Utama BSM Agus Sudiarto mengatakan, meski laba tumbuh, namun laba sedikit tergerus dari penguatan rasio pencadangan dengan pembentukan biaya PPAP sebesar Rp 1,17 triliun. “Sehingga rasio cash coverage meningkat menjadi 67,25% dibandingkan tahun sebelumnya 58,11%,” kata Agus dalam paparan kinerja, Rabu (1/3).

Dari sisi kualitas aktiva produktif, perseroan mencatatkan perbaikan pembiayaan macet atau non performing finance (NPF) gross dari 6,1% pada Desember 2015 menjadi 4,9% per Desember 2016. Sementara, NPF nett turun dari 4,1% menjadi 3,1% pada periode yang sama.

Direktur Financing Rsik and Recovery BSM, Choirul Anwar mengatakan, dalam upaya menekan laju NPF, pihaknya berhasil mengumpulkan recovery ex write-off margin per Desember sebesar Rp 537 miliar. Jumlah tersebut cenderung meningkat 27% dibanding tahun 2015 sebesar Rp 428 miliar.

"Tahun lalu kami berhasil menagih yang di write off. Lalu margin masuk ke CKPN, dari hasil itu kami menerima CKPN write-off senilai Rp 537 miliar. Ini yang mengakibatkan kami mampu memupuk laba," katanya. Adapun total CKPN perseroan mencapai Rp 1,7 trilun per akhir tahun lalu.

Sementara aspek efisiensi, BSM mampu menekan biaya operasional, terlihat dari biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) yang turun menjadi 94,12% per Desember 2016 dibanding tahun sebelumnya 94,78%. Selain itu, cost to income ratio (CER) mencapai 61,19%, membaik dibandingkan periode tahun 2015 sebesar 61,77%.

Dari sisi permodalan, BSM mencatat rasio kecukuan modal atau capital adequancy ratio (CAR) per Desember 2016 sebesar 14,01% meningkat 12,85% dibandingkan Desember 2015. Penguatan modal ditopang dari suntikan dari induk yakni Bank Mandiri sebesar Rp 500 miliar pada November 2016.

Dari segi kinerja lain, pembiayaan BSM tumbuh 8,8% yoy menjadi Rp 55,6 triliun pada akhir 2016 dari tahun sebelumnya senilai Rp 51,1 triliun. Meski begitu,  pendapatan non bunga atau fee based income turun 8,39% menjadi Rp 860 miliar dari tahun 2015 sebesar Rp 939 miliar.

Agus menyebut, tahun ini, BSM menargetkan rasio NPF gross di kisaran 4,9%, dan NPF nett di bawah 3%. Adapun, laba bersih dan pembiayaan tahun ini dibidik tumbuh di kisaran 10%.

Sementara, fee based income ditargetkan tumbuh 20% tahun ini. Menurut Agus, untuk mencapai target tersebut, BSM akan menggenjot pembiayaan umroh dan penjualan sukuk. "Tahun lalu fee based turun karena sudah tidak bisa memberi talangan haji. Tahun ini kita kembangkan bisnis umroh," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×