Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Biar lambat asal selamat. Nasihat itu menggambarkan penyaluran kredit korporasi perbankan yang melambat sepanjang tahun 2013. Maklum, perekonomian domestik dan global tengah bergejolak seperti pelemahan ekonomi dan fluktuasi nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar yang tidak stabil, sehingga bank mengerem laju pertumbuhan kredit agar tidak menjadi kredit bermasalah.
Bank CIMB Niaga misalnya, mencatat pertumbuhan kredit korporasi hanya naik 1% menjadi Rp 43,92 triliun per Desember 2013, dari Rp 43,52 triliun pada Desember 2012. Rendahnya pertumbuhan tersebut karena terjadi penurunan kredit investasi sebesar 5% menjadi Rp 28,71 triliun pada Desember 2013, sedangkan kredit modal kerja menolong pertumbuhan kredit korporasi dengan kenaikan 14% menjadi Rp 15,21 triliun pada Desember 2013.
"Kami sengaja mengerem laju pertumbuhan kredit korporasi karena risiko besar ditengah pasar ekonomi yang terus melambat," kata Wan Razly Abdullah, Direktur Keuangan dan Strategi Bank CIMB Niaga, kemarin. Pada tahun 2014, bank milik investor Malaysia ini belum berencana meningkatkan kredit korporasi karena pihaknya masih memantau kondisi perekonomian. Nah, jika kondisi bagus maka pertumbuhan kredit korporasi akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2013.
Sementara itu Bank Mandiri juga mencatat pertumbuhan kredit korporasi sebesar 9,9% menjadi Rp 138,8 triliun per Desember 2013 dari posisi Rp 126,2 triliun pada Desember 2012. Asal tahu saja, Mandiri telah melakukan pengereman kredit korporasi sejak dua tahun lalu. Pahala N. Mansury, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, menyampaikan, pihaknya rendahnya penyaluran kredit korporasi karena pengaruh fluktuasi kurs, serta bank ingin meningkatkan kredi ritel daripada korporasi.
Bank berplat merah lainnya yang mencatat pertumbuhan kredit korporasi rendah adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Jika melihat secara sektor, kredit korporasi untuk perusahaan BUMN minus 6,06% menjadi Rp 62,5 triliun per Desember 2013 dibandingkan posisi Rp 66,5 triliun pada Desember 2012. Sedangkan kredit korporasi non BUMN hanya tumbuh 6,81% menjadi Rp 47,7 triliun per Desember 2013 dari posisi Rp 44,4 triliun pada Desember 2012.
Sulaiman Arif Arianto, Managing Director BRI, mengatakan, pihaknya memang tidak fokus meningkatkan kredit korporasi karena tengah menggeber pertumbuhan kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). "Tahun 2014 ini pun masih sama yakni tidak akan jor-joran menyalurkan kredit korporasi," ucapnya. Adapun, penyaluran kredit korporasi BRI mengalir ke industri, infrastruktur dan transportasi, serta oil, gas and mining.
Bank OCBC NISP juga membukukan kredit korporasi rendah yang terbagi dalam kredit investasi dan kredit modal kerja. Bank milik Singapura ini, mencatat kredit investasi hanya naik 9% menjadi Rp 24,94 triliun per Desember 2013, dan kredit modal kerja naik 4% menjadi Rp 26,22 triliun per Desember 2013. "Proyeksi pertumbuhan kredit korporasi akan lebih rendah dibandingkan kredit usaha kecil dan menengah (UKM)," kata Hartati, Direktur Keuangan Bank OCBC NISP.
Tapi, ada dua bank yang mencatat pertumbuhan kredit korporasi yang signifikan yakni Bank Danamon Indonesia mencatat pertumbuhan kredit korporasi yang termasuk wholesale tumbuh 40% menjadi Rp 18,82 triliunn pada Desember 2013, dibandingkan Rp 12 triliun pada Desember 2012. "Kenaikan kredit korporasi tersebut karena pembiayaan trade finance dan ekspor naik tinggi," ucap Vera.
Bank Negara Indonesia (BNI) juga mencatat kredit korporasi yang signifikan yakni tumbuh 55,4% menjadi Rp 112,23 triliun per Desember 2013, dari Rp 72,23 triliun per Desember 2013. Gatot M. Suwondo, Direktur Utama BNI, mengatakan, kredit korporasi tersebut sudah termasuk 116 debitur kredit medium BNI yang naik kelas ke kredit korporasi dengan nilai total mencapai Rp 10,3 triliun akibat peningkatan usaha bisnisnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News