kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

2014, BII fokus di kredit ritel & business banking


Rabu, 19 Februari 2014 / 19:52 WIB
2014, BII fokus di kredit ritel & business banking
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Rakyat China Xi Jinping di Beijing, Selasa, 26 Juli 2022. Siap Sambut Xi Jinping Progres Kereta Cepat Jakarta Bandung Sudah 86%.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Bank Internasional Indonesia Tbk menegaskan akan fokus menyalurkan kredit di segmen ritel dan business banking pada tahun ini. Menurut Direktur Keuangan BII Thilagavathy Nadason, perseroan fokus mendorong kredit sektor ritel dan business banking lantaran margin yang diterima BII dari segmen tersebut cukup baik.

"Ke depannya, potensi pengembangan juga masih akan cukup tinggi. Ini menjadi bagian dari bisnis plan kantor wilayah dan cabang kami," jelas Thila dalam paparan kinerja BII di Jakarta, Rabu (19/2).

Khusus untuk pertumbuhan kredit, BII menargetkan pertumbuhan sebesar 17%-20%.

Sementara, segmen korporasi atau global banking akan sedikit ditahan. Perseroan bahkan akan lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan kredit di sektor ini.

"Kredit korporasi akan tetap kami salurkan dan coba kami tingkatkan, tapi akan fokus ke industri dan nasabah tertentu saja," ujarnya.

Penyaluran kredit selektif yang dilakukan bank dengan kode emiten BNII ini tidak lepas dari melonjaknya tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perseroan tahun 2013 lalu. BII mencatat kenaikan rasio kredit bermasalah akibat perlambatan ekonomi makro per Desember 2013 sebesar 1,55% dari NPL 2012 yang hanya sebesar 0,81%.

Thila menjelaskan, kenaikan NPL disebabkan oleh naiknya suku bunga acuan dan inflasi yang tinggi. Dampak ini membuat sejumlah pembiayaan nasabah bermasalah. Dampaknya baru terasa di kuartal III dan IV tahun 2013.

Perseroan juga mendorong penggunaan digital banking dan mempertajam fiturnya. "Kami ingin meningkatkan jumlah transaksi dan nasabah melalui sistem elektronik," kata Thila.

Untuk sistem teknologi, perseroan menyiapkan belanja modal sebesar US$ 20-US$ 25 juta. Jumlah ini hampir sama dengan belanja modal IT tahun lalu, yaitu di kisaran US$ 30 juta. Perseroan juga menargetkan pertumbuhan Dana pihak ketiga (DPK) di kisaran yang sama dengan kredit, yaitu 17%-20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×