kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Lakukan mitigasi risiko, bank syariah pupuk pencadangan


Minggu, 11 Oktober 2020 / 18:29 WIB
Lakukan mitigasi risiko, bank syariah pupuk pencadangan
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di kantor cabang BRI Syariah


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan syariah tetap memupuk pencandangan meskipun ada relaksasi restrukturisasi pembiayaan yang berlaku hingga Maret 2021. Dengan relaksasi itu maka pembiayaan yang direstrukturisasi langsung masuk kolektabilitas lancar. Namun, bank tetap memilih memperkuat pencadangan sebagai mitigasi resiko bila kondisi ekonomi semakin berat akibat pandemi Covid-19.

PT Bank Syariah Mandiri (BSM) misalnya, akan menjaga rasio pencadangan terhadap Non Performing Financing (NPF) sekitar 130%-150% sampai akhir tahun. Itu merupakan strategi bank ini untuk memitigasi resiko pembiayaan yang muncul ke depan, disamping tetap selektif menyalurkan pembiayaan ke segmen-segmen yang masih tumbuh sehat di tengah pandemi. 

"Dalam kondisi pandemi saat ini, kami terus memperkuat cadangan kami sebagai mitigasi bila kondisi ekonomi semakin berat ke depan,"  kata Ivan Ally, Sekretaris Perusahaan Mandiri Syariah pada KONTAN, Minggu (11/10).

Baca Juga: Pemerintah menawarkan Cash Waqf Linked Sukuk Ritel, minimal pembelian Rp 1 juta

Sementara proses restrukturisasi yang dilakukan bank ini tetap berjalan dengan baik sejauh ini. Perseroan terus melakukan komunikasi terhadap nasabah untuk mempnitor kinerja dan aktivitas mereka. Hingga 31 Agustus 2020, BSM telah merestrukturisasi pembiayaan Rp 7,1 triliun dari 29.000 nasabah. Sementara yang berpotensi direstrukturisasi mencapai Rp 12,14 triliun dari 59.000 debitur atau 9,3% dari portofolio pembiayaan perseroan. 

Hingga akhir tahun, bank ini akan berupaya menjaga NPF di bawah 3%. Adapun per Juni, rasio pembiayaan bermasalah ada di level 2,51%. BNI Syariah juga akan fokus pada upaya-upaya untuk memitigasi dampak dari pandemi Covid-19 terhadap keberlangsungan operasional, kualitas pembiayaan, serta likuiditas. Bank ini akan berupaya menjaga NPF di bawah 3,5% dengan memupuk pencadangan di atas 100%.

Selain memupuk pencadangan, BNI Syariah juga melakukan strategi mitigasi resiko dari sisi penyaluran pembiayaan baru dengan selektif memberikan pembiayaan. Sementara pembiayaan yang sudah direstrukturisasi diproyeksikan tidak ada yang berpotensi jadi NPF sampai akhir tahun ini. 

"Kalau melihat kondisi nasabah yang direstrukturisasi sampai saat ini,tidak ada yang berpotensi NPF tahun ini.  Kami sudah merestrukturisasi pembiayaan terdampak Covid-19 sebanyak Rp 7,3 triliun atau sekitar 25% dari total portofolio pembiayaan kami," kata Wahyu Avianto, Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah.

Baca Juga: Kabar baik, kredit perbankan tumbuh sesuai target hingga kuartal III-2020

Menghadapi ketidakpastian ekonomi ke depan, BNI Syariah akan fokus untuk menyalurkan pembiayaan pada segmen dan sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk tetap bertahan bahkan tumbuh yaitu industri jasa sosial masyarakat (kesehatan & pendidikan), industri pengolahan, industri telekomunikasi, industri e-commerce, dan segmen konsumer berpenghasilan tetap pada sektor pemerintahan.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×