Reporter: Mona Tobing, Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perusahaan pembiayaan alat berat tampaknya tak hanya menunggu perbaikan ekonomi. Beberapa perusahaan membatasi porsi pembiayaan alat berat.
Surya Artha Nusantara Finance (SAN Finance) berencana melakukan diversifikasi pembiayaan. Anak usaha Grup Astra International yang bergerak di bidang pembiayaan alat berat ini ingin masuk pada pembiayaan kapal dan sektor perkebunan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Andrijanto, Direktur SAN Finance bilang, perusahaan dalam proses mengajukan izin diversifikasi pembiayaan ke regulator.
Sedangkan, pemain yang belum terlanjur nyemplung membiayai pembelian alat berat seperti Mandiri Tunas Finance, memilih membatasi kredit ke sektor ini. "Di alat berat, kami masih membatasi untuk nasabah Bank Mandiri, jadi Mandiri Tunas masih fokus ke pembiayaan mobil," kata Harjanto Tjitohardjojo, Direktur Utama Mandiri Tunas, Senin (9/9).
Sampai Agustus lalu, Mandiri Tunas menyalurkan pembiayaan Rp 8,5 triliun. Hingga akhir tahun, anak usaha Bank Mandiri ini menargetkan pembiayaan Rp 12 triliun.
Harga komoditas
Pembiayaaan alat berat yang berpola leasing, selama tahun ini memang tertekan. Pelambatan ekonomi dan penurunan harga komoditas menyebabkan perusahaan yang bergerak di bidang ini enggan berekspansi. Padahal, mereka adalah pengguna alat berat terbesar.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia, Suwandhi Wiratno, meramal pembiayaan alat berat sampai akhir tahun masih tertekan. "Industri tambang sedang lesu, dan berdampak pada penurunan pembiayaan alat berat," kata dia.
Hingga akhir tahun, pembelian alat berat diprediksi sekitar 12.000 unit. Lebih rendah 10%-15% dari tahun lalu yang sebanyak 14.000 unit.
Suwandhi, yang juga Direktur Utama Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL), mengakui penurunan juga terjadi di perusahaannya. Pembiayaan alat berat di anak usaha grup Trakindo ini menurun 10% dibanding tahun lalu. Pembiayaan alat CSUL hingga Agustus sebesar Rp 1,3 triliun. Perusahaan berharap, bisa mengucurkan leasing Rp 1,9 triliun.
Masalah lain yang dihadapi multifinance ketika pembiayaan turun adalah sulitnya menekan angka kredit bermasalah. CSUL mencatat rasio non performing loan sebesar 1,7% dari total pembiayaan, tak bergerak dibanding Agustus tahun lalu. Begitu juga SAN Finance yang masih mencatat NPL 2,4% per Juni lalu, sementara leasing merosot sekitar 70%, dari Rp 2,9 triliun ke Rp 1,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News