kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Leasing alat berat diramal tetap lesu


Selasa, 10 September 2013 / 10:05 WIB
Leasing alat berat diramal tetap lesu
ILUSTRASI. Jalur Ujian Mandiri Undip Tahun 2022 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya.


Reporter: Mona Tobing, Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Perusahaan pembiayaan alat berat tampaknya tak hanya menunggu perbaikan ekonomi. Beberapa perusahaan membatasi porsi pembiayaan alat berat.

Surya Artha Nusantara Finance (SAN Finance) berencana melakukan diversifikasi pembiayaan. Anak usaha Grup Astra International yang bergerak di bidang pembiayaan alat berat ini ingin masuk pada pembiayaan kapal dan sektor perkebunan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).  Andrijanto, Direktur SAN Finance bilang, perusahaan dalam  proses mengajukan izin diversifikasi pembiayaan ke regulator.

Sedangkan, pemain yang belum terlanjur nyemplung membiayai pembelian alat berat seperti Mandiri Tunas Finance, memilih membatasi kredit ke sektor ini. "Di alat berat, kami masih membatasi untuk nasabah Bank Mandiri, jadi Mandiri Tunas masih fokus ke pembiayaan mobil," kata Harjanto Tjitohardjojo, Direktur Utama Mandiri Tunas, Senin (9/9).

Sampai Agustus lalu, Mandiri Tunas menyalurkan pembiayaan Rp 8,5 triliun. Hingga akhir tahun, anak usaha Bank Mandiri ini menargetkan pembiayaan Rp 12 triliun.

Harga komoditas

Pembiayaaan alat berat yang berpola leasing, selama tahun ini memang tertekan. Pelambatan ekonomi  dan penurunan harga komoditas menyebabkan perusahaan yang bergerak di bidang ini enggan berekspansi. Padahal, mereka adalah pengguna alat berat terbesar.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia, Suwandhi Wiratno, meramal pembiayaan alat berat sampai akhir tahun masih tertekan. "Industri tambang sedang lesu, dan berdampak pada penurunan pembiayaan alat berat," kata dia.

Hingga akhir tahun, pembelian alat berat diprediksi sekitar 12.000 unit. Lebih rendah  10%-15% dari tahun lalu yang  sebanyak 14.000 unit.

Suwandhi, yang juga Direktur Utama Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL), mengakui penurunan juga terjadi di perusahaannya. Pembiayaan alat berat di anak usaha grup Trakindo ini menurun 10% dibanding tahun lalu. Pembiayaan alat CSUL hingga Agustus sebesar Rp 1,3 triliun. Perusahaan berharap, bisa mengucurkan leasing  Rp 1,9 triliun.

Masalah lain yang dihadapi multifinance ketika pembiayaan turun adalah sulitnya menekan angka kredit bermasalah. CSUL mencatat rasio non performing loan sebesar 1,7% dari total pembiayaan, tak bergerak dibanding Agustus tahun lalu. Begitu juga SAN Finance yang masih mencatat NPL 2,4% per Juni lalu, sementara leasing merosot sekitar 70%, dari Rp 2,9 triliun ke Rp 1,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×