kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Likuiditas ketat, bank mengerek dana mahal


Selasa, 11 Juni 2013 / 06:40 WIB
Likuiditas ketat, bank mengerek dana mahal
ILUSTRASI. Jika Ingin Ikut Tax Amnesty Jilid II, Cermati Sanksi Tambahan PPh Final


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Industri perbankan mengalami pengetatan likuiditas. Seretnya pasokan dana tecermin dari kinerja perbankan kuartal I 2013. Di periode itu, guyuran dana pihak ketiga (DPK) hanya naik 14%, lebih rendah dari pertumbuhan kredit yang sebesar 22%.

Pertumbuhan dana dan kredit yang tidak sejajar menyebabkan rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) tercatat naik menjadi 84,93% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 79,89%.

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiadmadja, mengakui saat ini likuiditas mengetat. Untuk mengantisipasi kesulitan dana tersebut, BCA menggeber pertumbuhan dana mahal, yakni deposito dengan cara mengerek bunga simpanan deposito menjadi 5% dari sebelumnya 3,5%. "Kalau mendapatkan likuiditas sekarang akan lebih baik daripada nanti, karena akan sulit mencari dana," kata Jahja, Senin (10/6).

Bank yang terafiliasi oleh Grup Djarum ini tidak mengubah target pertumbuhan dana pada semester II 2013. Selama tahun ini, BCA membidik pertumbuhan DPK sebesar 18% - 19% dengan komposisi dana murah masih mendominasi sumber dana.

Sejatinya, BCA  tak khawatir dengan perebutan dana. Bank ini menyiapkan strategi pelayanan kepada nasabah, seperti jaringan ATM dan EDC untuk kemudahan nasabah bertransaksi, dibandingkan memberikan bunga simpanan. "Sesudah Lebaran, pertambahan DPK akan lebih besar, itu peluang," tambah Jahja.

Sedangkan Bank ICB Bumiputera tampak kesulitan mengumpulkan DPK. Hal itu tecermin dari tiga bulan pertama tahun ini, DPK di ICB Bumiputera turun 7,94% year-on-year menjadi Rp 5,91 triliun. "Dari posisi dana, kami tidak masalah karena LDR di bawah 90%. Kami tidak ingin terjadi ekses likuiditas," ucap Pelaksana Tugas Presiden Direktur Bank ICB Bumiputera, Rajuendran Marrapan.

Direktur Compliance & HR Bank ICB Bumiputera, Bambang Setiawan mengakui ada perebutan dana antar-bank. Tapi, pihaknya  tidak khawatir dengan hal itu, karena ICB Bumiputera memiliki nasabah sesuai segmentasi mereka. Tahun ini, ICB membidik pertumbuhan DPK pada kisaran 25%-30%. "Ke depan kami ingin memperbesar komposisi dana murah menjadi 30% dari posisi saat ini 25% terhadap total dana," ucap Bambang.

Direktur Ritel dan Konsumer Bank BNI, Darmadi Sutanto, mengatakan persaingan dana murah semakin ketat karena perbankan berlomba-lomba menggeber pertumbuhan dana murah yang biaya dananya (cost of fund) lebih murah ketimbang dana mahal. "Pertumbuhan kredit terus naik, jadi kebutuhan dana juga akan meningkat," ucap Darmadi. Saat ini, kondisi dana BNI masih cukup aman.

Direktur Konsumer Bank Tabungan Negara (BTN), Irman Alvian Zahiruddin, menambahkan perbankan kini mengejar pertumbuhan dana murah untuk mengimbangi komposisi dana mahal. Ke depan, BTN tak berniat menggenjot pertumbuhan DPK karena realisasinya tumbuh di atas target sebesar 30% pada tahun ini. "Setiap tiga bulan kami membidik pertumbuhan dana 30%," ucap Irman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×